Minggu, 30 Oktober 2011

Wong Urip mung Gawe Apik

Sari Diskusi Maiyah Gambang Syafaat 25 September 2011

Ditulis oleh: Saratri Wilonoyudho
Pertemuan Maiyah Gambang Syafaat kali ini dimeriahkan oleh Kiai Kanjeng yang baru saja bermaiyah dengan PT. Herculon siang harinya. Dalam diskusi ini, Cak Nun melontarkan satu istilah menarik, yakni tujuan hidup itu bukan mencari uang atau materi, namun berbuat kebaikan (gawe apik — Jawa). Untuk itu Cak Nun memberi “tugas” kepada saya untuk menafsirkan istilah itu. Tentu ini tugas berat bagi saya karena mulut dan hati saya belum fasih membaca ayat-ayatNya. Namun untuk menguatkan diri, maka tugas ini justru saya pandang sebagai arena untuk olah pikir dan olah batin agar lebih fasih lagi, karena kunci untuk mendapatkan derajad dari Allah SWT adalah berilmu pengetahuan, dan syarat untuk ini adalah rajin iqro’ dan berpikir (catatan : Allah berkali-kali menantang manusia untuk berpikir….jika kamu sekalian mau berpikir, dst).
Jika perintah “urip mung gawe kebecikan” ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka “efek samping”nya adalah materi, uang atau nafkah yang justru lebih melimpah daripada ketika tujuan hidup kita adalah mencari uang semata. Tentu ini berbeda dengan “Kiai Yusuf Mansyur” yang demikian heroik menafsirkan Qur’an dengan “teori” sedekah versinya. Benar dalam Al Qur’an Allah SWT menjanjikan akan melipatgandakan amal kebaikan menjadi 700 kali dan seterusnya, namun tentu ini harus dimaknai dalam hubungan “rasa cintaNya” kepada kita, dan bukan hubungan matematis-kapitalistis. Kalau terjebak dengan cara pandang Kiai Yusuf Mansyur maka orang yang bersedekah bukan dalam kerangka taqwa dan tawakal, melainkan dalam hubungan dagang. “Ini lho Tuhan aku sudah bersedekah, mana imbalan 700 kali itu ?”, barangkali ini yang dicari manusia.
Padahal Allah SWT sudah bernjanji akan memberi rezeki dari arah yang tidak diduga-duga dan akan mencukupkan segala kebutuhan kita, dan Allah hanya meminta dua hal dari kita: taqwa dan tawakal. Taqwa tentu terkait dengan kemesraan cinta antara hamba dan Tuhannya dan tawakal adalah term yang tidak terpisah dari kata kerja. Orang yang tidak pernah bekerja dalam kebaikan tidak boleh mengklaim dirinya tawakal hanya dengan jalan menyerahkan diri saja kepada Allah SWT. Sederhana saja, Allah telah berbagi kepada kita secara demokratis. Kita sudah diberi berbagai fasilitas di alam semesta ini, dan tentu saja ada pembagian tugas atau sharing. Ada qudrah dan ada iradah.
Kalau kita menaruh motor tanpa terkunci dan kemudian kita berdoa kepada Allah agar motor itu tidak hilang, maka ketika motor itu benar-benar hilang jangan kemudian kita mengkambinghitamkan Tuhan atau setidaknya kita bicara takdir. Demikian pula dalam mengelola negara dan apapun, karena pada dasarnya Allah telah berbagai tugas dengan manusia.
Ungkapan “urip mung gawe kebecikan”, dalam bingkai kapitalisme akan ditertawakan. Dalam prinsip kapitalisme, modal harus sekecil-kecilnya dan untung sebesar-besarnya. Karena yang dicari hanya materi atau keuntungan semata, maka efek sampingnya justru “tidak untung”. Dalam kapitalisme yang muncul bukan “kebecikan” yang berbuah “materi”, namun justru kerusakan dan kehancuran. Padahal Allah dengan tegas melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi ini.
Kapitalisme saat ini bagai “agama baru” yang menyembah api. Kaum kapitalis dengan berbagai cara terus menempuh sampai si konsumen merasa kehausan dan bernafsu untuk melepaskan dahaga itu. Para birokrat negara yang begitu fasih berkolaborasi dengan para pemilik modal, sampai dalam membangun negara tidak memperhatikan kebudayaan dan hanya akan menjadikan negara yang “beragamakan api”.
Dalam lingkup yang lebih kecil, yakni di kota, dalam bukunya The Language of Post-Modern Architecture (London, 1977), Jencks menuding ritual perancangan kota yang cenderung seragam, mengikuti logika mesin dan logika berproduksi industrial. Dampak yang dibawanya mirip sebuah “homologisasi” berupa gedung-gedung hypermal, supermarket pencakar langit, perkantoran-bisnis, dst, yang sialnya semuanya serba transparan, boros energi, monoton, dan yang mengerikan, menyihir masyarakatnya untuk menjadi “kerbau yang dicocok hidungnya”.
Akibatnya pembangunan mal dan pusat bisnis lainnya bersifat abstrak, berikut kenyataan bahwa ia berbasis kepada asumsi yang tidak pernah teruji dan tidak pernah sesuai dengan kebutuhan riil manusia. Ia bagaikan “pakaian jadi” bagi manusia modern yang dimitoskan dan karena itu hanya ada di kepala para arsitek dan para pemodal itu. “Agama api” mereka disimbolkan dengan slogan how to big is too big. Buah tangannya adalah kota-kota metropolitan dengan megamal dan gedung pencakar langit nan menjulang.
Kembali kepada ungkapan Urip mung gawe kebecikan pasti ini berbeda dengan prinsip kapitalisme tersebut. Urip mung gawe kabecikan tentu didasarkan atas cinta dan kasih sayang (silaturahim). Rasululloh dengan tegas mengatakan bahwa buah silaturahim adalah umur panjang dan rezeki. Ini bukan sesuatu yang tanpa dasar ilmiah karena rasa cinta menumbuhkan kesarehan dan pasti kesarehan akan mencegah stres. Kehidupan yang makin sumpeg ini berawal dari rasa stres yang kemudian menumbuhkan berbagai penyakit. Rasululloh kemudian juga menambahkan bahwa sumber dari segala macam penyakit hidup adalah berlebihan. Karenanya beliau berwasiat: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Tentu manajemen ala rasululloh ini tidak hanya berlaku untuk makan dalam arti harfiah, namun dalam segala bidang kehidupan.
Urip mung gawe kebecikan yang beralaskan cinta, atau silaturahim, pasti akan menghindarkan manusia dari kehinaan dan kehancuran. Rachim adalah cinta mendalam, dan rahman adalah cinta meluas.
Keduanya adalah buah dari kesungguhan kita dalam menjalankan perintah Allah SWT yang mengajari kita dengan doa yang jelas dan tegas: ihdinas siratal mustaqim, Ya allah tunjukkan kami ke jalan yang lurus (menegakkan).
Dengan kata lain, untuk mencari kebecikan, maka cukup lakukan apa saja yang ada dalam potensi diri kita secara sungguh dan lurus (menegakkan), dan Allah akan memberikan “efek samping” yang tidak terduga-duga sebagaimana dijanjikan dalam “Ayat seribu dinar” di atas. Allah tidak memerintahkan kita mencari “out put”, namun menjanjikan “out come”, apabila kita kita berjalan lurus dan menegakkan.
Urip mung gawe kebecikan akan dipuncaki oleh “sufisme Jawa” lainnya seperti “urip mung sakdremo nglakoni” atau ” urip mung mampir ngombe”. Dalam pandangan Islam tradisional sebagai mana dikatakan Annemarie Schimmel dalam Mystical Dimension of Islam, Tuhan merupakan realitas absolut yang tak terhingga. Kalau Tuhan diibaratkan samudera tak terhingga, maka manusia hanyalah percikan dari samudera Ilahi tersebut, sehingga muncul konsep jabbariyah atau paham fatalisme. Namun bagi saya, urip mung mampir ngombe bukan fatalisme, namun justru puncak kesufian Jawa. Dalam pandangan ini orang Jawa tidak akan “kawin” dengan dunia, karena hidup hanya sebentar (mung mampir ngombe). Jangankan “kawin”, “pacaran” dengan dunia saja tidak sempat.
Namun bagi mereka yang meyakini bahwa Tuhan itu adil, maka pepatah Jawa “sawang sinawang” harus dicermati, Di tengah-tengah kekayaan yang melimpah, kehidupan seseorang belum tentu juga tenteram. Misalnya banyaknya kasus orang kaya yang masih korupsi atau terjebak narkoba, demikian pula para artis yang glamour yang sering berakhir tragis hidupnya, dst, menunjukkan hal itu.
Kemudahan mencari rezeki ternyata diimbangi dengan cara hidup yang glamour sehingga juga mudah habis. Banyaknya teman main, teman bekerja yang cantik atau ganteng, membikin mereka mudah selingkuh. Kesibukan mencari popularitas dan uang menyebabkan hidup mereka “kemrungsung” dan jauh dari kehidupan religiusitas (meski mereka juga mengaku beragama).
Di tengah-tengah kesulitan hidup, di tengah-tengah jaman kalabendhu, serta kegersangan spiritualitas,dst, banyak orang sibuk mencari guru atau perkumpulan-perkumpulan spiritual. Semua kemoderenan dalam arti sistem sosial memberi petunjuk ke arah mana dunia bergerak. Orang banyak mendesakkan diri, menggantikan kenyamanan alamiah dengan yang buatan manusia. Disinilah ketenteraman hidup dipertaruhkan.
Yang mengalami ternyata tidak hanya kaum miskin, namun juga para bos kaya raya dan para artis. Kisah bos Hyundai Korea yang terjun dari lantai atas sebuah hotel hingga tewas menunjukkan hal itu. Demikian pula ramainya pengajian di hotel berbintang lima dengan mengundang dai-dai terkenal dst, menunjukkan kegelisahan sebagian kaum kaya untuk “lari” atau “escape” ke dunia spiritual.

Tujuh Jalan Sufi

Karenanya, pencucian hati merupakan dasar bagi terbitnya ketenteraman hidup. Al Ghazali memberi resep mengembalikan ketenteraman hidup dengan jalan membelakangi dunia. Karena selama masih ada dunia di tangannya, maka kekotoran hati dan kegelisahan akan tetap ada. Ibarat mustahil mandi madu tanpa dikerumuni lalat atau semut.
Pencucian hati agar dapat mendatangkan ketenteraman batin amat sulit dijalani. Setidaknya ada tujuh langkah, yakni:
  1. Pengamalan “maqam” taubat. Taubat dalam pengertian tasawuf adalah pengalihan dari hidup yang terlena, ke arah hidup yang selalu mengingat Tuhan. Terlena mengingat Tuhan adalah pangkal dari segala dosa dan kemaksiatan. Maka laku mengingat Tuhan adalah langkah awal pembinaan budi luhur. Dzikir lahir batin merupakan jalan pertama;
  2. Sesudah taubat adalah laku wara’ yakni satu laku rohani untuk menjauhi hal-hal yang subhad (tidak jelas halal haramnya);
  3. Laku hidup yang mencari sesuatu yang jelas halalnya. Jadi laku ini 90% budi pekerti luhur;
  4. Laku zuhud, yakni menyedikitkan kebutuhan duniawi yang halal;
  5. Tawakal yakni menyerahkan seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan termasuk pemeliharaannya ;
  6. Laku sabar, yakni tidak mengeluh apapun penderitaan yang ada padanya, karena yakin adanya jaminan pemeliharaan Tuhan; dan
  7. Laku ‘rela” atau ikhlas, bahkan penderitaan dianggapnya sebagai satu “kenikmatan”!
Segala kekotoran duniawi ia singkirkan. Arti menyedikitkan kebutuhan duniawi berarti mengandung arti bahwa tidak dilarang untuk mencari harta, asal halal dan diambil secukupnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini artinya menjadi “sufi” tidak harus mengasingkan diri dari keramaian duniawi. Orang jawa bilang “topo ngrame”, dan Abu yazid Al Busthami mengatakan: “zuhud (sufisme) adalah tidak memiliki dunia dan tidak dimiliki dunia”. Artinya silakan mencari harta sebanyak-banyaknya (yang halal tentunya), namun jangan menjadi budak dunia.
Rasulullah Muhammad SAW pernah ditanya seorang sahabat: “Ya rasulullah, ada seorang pemuda yang tiap hari kerjanya hanya berdzikir di masjid sampai ia lupa mencari nafkah. Pemuda itu hanya ingat Alloh SWT. Sedangkan kebutuhan makan sehari-harinya disokong oleh kakaknya. Hebat benar pemuda itu cara beribadahnya ya rasul”. Mendengar pujian terhadap sang pemuda yang rajin berdzikir itu Muhammad SAW menjawab: “Yang masuk surga adalah kakaknya!”.
Ini artinya rasululullah mengajarkan bahwa harus ada keseimbangan antara dunia dan akherat. Dunia dicari karena manusia sebagai khalifah dan harta atau materi hanyalah alat untuk beribadah, bukan tujuan. Benda atau materi hanya dapat dibawa mati ketika ditransformasikan atau dirubah “energinya” menjadi nur atau cahaya. Dalam bahasa agama disebut “di-amal saleh-kan”.
Dengan langkah-langkah di atas, diharapkan, kemungkinan orang bunuh diri, mencari dukun agar terkenal, mengkonsumsi narkoba, berselingkuh, dst, tidak akan terjadi. Ia tidak begitu saja akan percaya kepada seseorang “guru”, percaya tuah Gunung Kawi, Gunung Kemukus, pesugihan, dst, karena yang ia yakini adalah pemeliharaan dari Tuhan.
Jika itu dihayati mendalam, tidak akan ada kegelisahan hidup, yang ada ketenteraman. Ini berarti ia telah mencapai maqam tertinggi. Alangkah indahnya memiliki popularitas, materi sekaligus kedalaman spiritualitas. Namun siapa yang sanggup seperti ini? OK pokoknya tetap sehat, tetap semangat, supaya kita tetap “survive” di jaman kalabendhu seperti ini.
Pokoknya urip mung gawe kebecikan.

Saratri Wilonoyudho
Saratri Wilonoyudho
Disarikan oleh Saratri Wilonoyudho.
Aktif Menemani Jamaah Maiyah Gambang Syafaat.
Mengajar di Jurusan Teknik Sipil Unnes Semarang Jawa Tengah.

Urip mung Mampir Ngombe..


Jalaluddin Rumi mengatakan, jika engkau tidak dapat menikmati ibadahmu, maka Tuhan sedang menghukummu. Sholat hanya berhenti pada gerakan semata, puasa sekadar lapar dan dahaga, ibadah haji hanya sekadar wisata, dan kalau ini terjadi maka ia tidak akan berjumpa dengan Tuhan. Dan ini berarti ada semacam the great paradoxes of the psychology of religion. Rajinnya korupsi juga diimbangi rajinnya ber-umroh atau naik haji, seakan ia tengah berhitung "jual beli" dengan Alloh SWT.

http://www.caknun.com/home/

 

Sari Diskusi Maiyah Gambang Syafaat 25 Oktober 2011

Ditulis oleh: Saratri Wilonoyudho

Alhamdulillah, Maiyah Gambang Syafaat tanggal 25 Oktober 2011 di Baiturrahman Semarang yang lalu tetap meriah, meski yang menemani mereka — saya dan Om Budi — adalah sosok yang masih penuh kemaksiatan. Yang penting kata Cak Nun, harus tetap ada usaha yang serius untuk menjadi “manusia kiai”, meski tidak fasih di mulut, namun selalu berendam cinta, baik cinta kepada Allah SWT, rasululloh dan kepada semua makhluk di alam semesta ini. Seperti pesan Cak Nun, Maiyah ini harus punya sejarah yang jelas dan karenanya setiap perbincangan ditulis, syukur nanti dibukukan agar anak cucu kita memanfaatkannya. Pesan ini saya lakukan dengan tulisan ringan berikut ini.
Mengapa hal itu ditekankan? Jawabnya barangkali karena Semarang memang tidak punya “sosiologi” yang jelas sehingga Gambang Syafaat sulit menemukan maqam dan menyusun bentuk maiyahnya. Barangkali kelak, lulusan GS ini memiliki kematangan dan bobot yang berbeda dari “alumnus” maiyah lainnya. Potensi manusia pesisir sebenarnya sangat bagus, namun tanah sosialnya masih tandus. Akibatnya, mereka harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan barokah dan maqomnya yang lebih tinggi, karena telah ditinggalkan para kiainya. Kini GS hanya ditemani rekan-rekan saya baik Om Budi dan Pak Ilyas yang kapasitasnya sebenarnya belum mencukupi. Wajar saja jika kami tidak mudah bertafakur, bekontemplasi, tadabbur, dst, dalam suasana seperti ini.
Namun kami bertekad harus tetap jalan. Nah dalam pertemuan tanggal 25 Oktober itulah muncul istilah “urip mung mampir ngombe”. Bagi sebagian orang ungkapan ini terasa biasa saja, namun setelah direnungkan, inilah barangkali “puncak kesufian Jawa”. Budaya Jawa yang kini hanya melahirkan sempalan-sempalan kecil, karena sudah lewat puncaknya. Dalam bidang kesenian, karya adiluhung tembang Macapat dan musik gamelan, kini belum terlampaui. Paling hanya sempalan kecil semacam lahirnya campur sari. Demikian pula dalam “kesufian” lainnya.
Urip mung mampir ngombe membawa satu dimensi religiusitas, bahwa orang Jawa itu mestinya akan selalu “semeleh” atau dalam bahasa lainnya tawakal, karena mereka tidak sempat “kawin” dengan dunia. Jangankan kawin, “pacaran” saja tidak, karena ia hanya mampir untuk menuju kampung sejatinya kelak, yakni kampung akherat. Ajaran membelakangi dunia ini sudah amat jelas dan tegas disampaikan Rasululloh SAW yakni puasa—terutama di bulan Ramadhan, yang puncaknya adalah “memanajemen nafsu” atau menahan diri. Kerusakan-kerusakan di dunia, mulai dari saling gosip, menghina, memfitnah, membunuh, perang, penindasan, korupsi, dan sebagainya itu terjadi hanya oleh satu sebab, yakni karena manusia tidak dapat menahan diri. Puasa diperintahkan Allah agar manusia bertaqwa kepadanya, dan dalam dataran tarikat, puasa adalah salah satu metode untuk memanajemen diri agar mampu menahan hawa nafsu.
Puasa sebagai upaya menuju pengendalian diri dari sifat hewani inilah yang dipandang paling sulit oleh Sayyed Hossein Nasr dalam Ramadan: Motivating Believers to Action: An Interfaith Perspective. The carnal soul, al- nafs al-ammarah. Jalaluddin Rumi mengatakan, jika engkau tidak dapat menikmati ibadahmu, maka Tuhan sedang menghukummu. Sholat hanya berhenti pada gerakan semata, puasa sekadar lapar dan dahaga, ibadah haji hanya sekadar wisata, dan kalau ini terjadi maka ia tidak akan berjumpa dengan Tuhan. Dan ini berarti ada semacam the great paradoxes of the psychology of religion. Rajinnya korupsi juga diimbangi rajinnya ber-umroh atau naik haji, seakan ia tengah berhitung “jual beli” dengan Alloh SWT.
Benar pula barangkali kata Gordon Allport (dalam Danah Zohar and Ian Marshall, SQ: Spiritual Intellegence The Ultimate Intellegence, Bloomsbury, London, 2000), bahwa banyak orang di luar kiai atau pemuka agama yang tinggi pengalaman spiritualitasnya. Banyak pemuka agama yang hebat ilmu agamanya, namun minim pengalaman spiritualitasnya atau minim pengetahuan umum lainnya. Sebaliknya banyak ilmuwan- saintis yang hebat pengetahuan keilmuannya, namun minim pengalaman spiritualitas dan pengetahuan tentang agama. Dalam Al Fatehah ada istilah “dimarahi” dan “dimurkai” Allah. Mereka yang tidak tahu tapi mau, dan mereka yang tahu tapi tidak mau.
Manusia yang sudah sampai pada tataran menghayati “urip mung mampir ngombe”, Insya Allah sudah sampai pada tataran khalifatullah, sehingga ia akan paham –misalnya– bahwa puasa Ramadhan hanyalah sekadar titik awal untuk puasa-puasa sepanjang hayat. Dalam kehidupan ini manusia diajarkan dan dituntut untuk menahan diri, menyaring, dan menjernihkan apa yang ada di dalam kehidupan ini. Orang yang sudah sampai tataran itu akan paham bahwa puasa akan menuntun dia ke arah “makan yang sejati” (pinjam istilah Cak Nun). Ia akan paham bahwa yang menuntun dirinya selama ini begitu serakah adalah nafsunya. Ia paham bahwa apa yang dimilikinya tidak bisa dibawa mati, karena itu ada di alam materi.

Memanajemen Dunia-Akherat

Ungkapan urip mung mampir ngombe, mestinya sanggup “menyatukan” kita dengan Allah. Yang ada hanyalah Allah dan kita milik Allah, sehingga hutan, lautan, gunung, harta kekayaan negara, rekening kita, kekuasaan, dst adalah milik Allah. Kalau ini disadari pasti tidak akan disalahgunakan. Ini bukan berarti ajaran puasa adalah “anti-dunia”. Yang benar salah satu inti ajaran puasa adalah bagaimana kita mampu “memanajemen” dunia.
Jika apa yang ada di dalam rumah kita atau yang melekat di tubuh kita, barang-barang mana saja yang kita beli tidak berdasarkan kebutuhan riil, maka itu hanya berdasarkan nafsu atau kesenangan belaka. Kalau banyak yang berdasarkan nafsu atau kesenangan, apalagi cara membelinya dibarengi dengan korupsi dan penindasan, maka kita belum mampu memanajemen hati dan ruhani, demikian kata Cak Nun.
Ajaran urip mung mampir ngombe adalah ketika dunia ada “di hadapannya” kita tidak serta merta “mengenyamnya”. Kalau ajaran ini berhasil diserap umat manusia, maka ia akan menuju posisi pembebasan dari sisi-sisi keduniawian dan dilepaskan di hadapan Allah. Ini adalah proses “dematerialisasi” atau “deindividualisasi”, karena yang penting adalah Allah. Dunia dan isinya hanyalah “sarana” atau “metoda” dan dimanajemen sepenuhnya untuk menuju Allah. Dengan kata lain, produk-produk duniawi tetap penting bahkan dianjurkan untuk dicari mati-matian secara halal dan toyib, namun “harus dimanajemen” untuk menuju Allah SWT! Dengan kata lain, manusia yang berhasil mengamalkan ajaran urip mung mampir ngombe adalah manusia tidak anti materi atau duniawi, namun mentransformasikan apa yang ia miliki (harta, kekayaan, kekuasaan, tenaga, pikiran, dst) untuk menjadi “nur” atau cahaya yang bermakna akherat.
Orang beragama kata Freud bapak psikoanalisis, sering berada dalam suasana “perasaan ketergantungan” (the feeling of powerlessness) yang membuat orang beragama sulit mencapai kedewasaan beragama karena gagal membangun otionomi dalam dirinya sebagai manusia. Perasaan tersebut berlainan dengan orang yang berhasil membangun “religius feeling” yang mampu mengembangkan ritual keberagamaan menjadi konkret dan mencapai “peragian rohani” dengan mengembangkan dirinya menjadi khalifah di muka bumi. Keadilan, kebenaran, cinta kasih, persaudaraan, dst terus dikembangkan. Mampukah para pemimpin kita dan para politisi mencapai derajad ini?
Kembali ke urip mung mampir ngombe, Rasululloh lantas menjelaskan bahwa dalam Islam kerja keras untuk mencari rezeki merupakan hal yang sangat penting. Ibadah mahdoh, mengingat kepada Allah juga sangat penting, namun tidak ada yang harus dikalahkan. Ajaran Al Qur’an, 96,5 % berupa ajaran muamallah, dan hanya 3,5 % yang berupa ibadah mahdoh atau ibadah khusus kepada Allah. Urip mung mampir ngombe juga tidak harus diterjemahkan hanya menyerahkan dan ingat kepada Allah SWT saja, namun tetap mencari dunia, karenanya Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin, dan orang yang paling beruntung di hadapan Allah SWT adalah mereka yang dapat mengembangkan “kesalehan pribadi” menjadi “kesalehan sosial” dan “kesalehan profesional”.
Dalam bahasa yang sederhana, kesalehan sosial merupakan tangga yang lebih tinggi karena yang diukur mutu seseorang adalah seberapajauh dan seberapabesar seseorang bermanfaat bagi orang lain. Kesalehan individual tidak sertamerta membawa kepada kesalehan sosial, misalnya orang yang kelihatan khusuk ibadahnya, lantas tidak otomatis tumbuh kepekaan sosialnya. Banyak contoh orang yang tekun beribadah formal, namun sangat pelit kalau mengurusi—misalnya—tetangganya yang kelaparan. Dia dapat begitu royal menyumbang tempat ibadah, namun pelit menyumbang tetangganya yang kesusahan, atau membangun jalan umum misalnya. Dia mengira amal ibadah hanya soal menyumbang tempat ibadah atau zakat saja.
Banyak kiai atau ulama yang begitu hebat pengetahuan fiqh-nya, namun jarang memberikan fatwa sosial. Yang muncul hanya fatwa tentang halal-haram, tentang lemak babi, pelacuran, judi, namun tidak mampu memberi solusi—misalnya — soal kasus lumpur Lapindo atau korupsi di DPR.
Ada satu cerita tentang sebuah kesalehan sosial. Ketika berjalan-jalan keluar istana—Khalifah Harun Al Rasyid yang menyamar sebagai orang biasa, menjumpai seorang tua bungkuk dan sudah beruban rambutnya, sedang menanam pohon palem. Ketika ditanya berapa lama pohon itu dapat tumbuh, orang tua yang bungkuk tadi menjawab kalem: “mungkin sepuluh tahun, dua puluh tahun, bahkan seratus tahun!”. Mendengar jawaban ini sang Khalifah kaget: “Bagaimana anda dapat menikmati buahnya ketika pohon ini mulai tumbuh besar sedangkan engkau sudah meninggal ?”.
Namun orang tua ini tetap kalem dan menjawab : “Benar, mungkin saya sudah meninggal, tapi saya akan makan buah dari kesabaran yang saya tanam. Demikian pula anak cucu atau masyarakat di masa mendatang akan ikut menikmatinya pula. Diriku tidak penting, apakah masih hidup atau tidak, sebab hidup adalah sebuah langkah untuk beribadah”. Demi mendengar jawaban ini sang Khalifah kagum dan sertamerta memberinya orang tua itu sekeping uang emas. Orang tua tadi langsung berkata: “Saya berterima kasih kepada Allah, karena buah yang baru saya tanam menghasilkan buah dengan segera!”. Demi mendengar pujian ini sang Khalifah memberinya lagi.
Orang tua tadi juga menjawab: “Biasanya pohon ini berbuah sekali dalam setahun, namun ini berbuah dua kali”. Mendengar ucapan syukur ini sang Khalifah mendekati pengawalnya serta menarik tangannya sambil berkata: “Mari segera meninggalkan kebun ini sebelum uang kita habis.
Kisah ini menunjukkan kesalehan sosial seseorang yang tidak disertai pamrih, karena baginya “hidup adalah beramal”. Orang tua ini berbeda dengan politisi yang setiap hari menghabiskan uang puluhan milyar hanya untuk berkata “hidup adalah perbuatan”. Kalau politisi ini berpamrih, maka bagi orang tua tadi, bekerja bukan mencari uang, namun mencari keridlaan Alloh. Sedangkan uang hanyalah “resiko” yang dia terima setelah bekerja. Jadi “rumusnya” tidak bisa dibalik.

Kesalehan Profesional

Istilah kesalehan profesional juga menunjuk kepada “kesalehan sosial”, namun berlaku bagi orang-orang yang memiliki profesi tertentu. Para pegawai negeri, presiden, menteri, gubernur, bupati, anggota dewan, jaksa, hakim, polisi, pegawai bea cukai, pegawai pajak, dosen, dst, adalah sederetan orang-orang profesional yang diamanahi oleh rakyat untuk mengatur negara dan melayani rakyat.
Dengan pengertian yang sederhana tersebut dapat dipahami, jika seorang aparat penegak hukum main-main dengan pasal-pasal atau BAP palsu demi mendapatkan uang, maka ia dapat dikatakan sudah tidak memiliki kesalehan profesional. Demikian pula aparat pemeriksa keuangan yang membuat laporan keuangan palsu atau membuat laporan “mark up” proyek, seorang dosen yang menjual nilai atau ijazah, anggota dewan yang menjual RUU, dst, mereka dikatakan tidak memiliki kesalehan profesional. Dosa mereka bisa mmenjadi dobel karena melalaikan amanah sekaligus menerima uang haram.
Karenanya menarik untuk mengikuti “jalan pikiran” para koruptor kelas kakap. Mereka yang digaji oleh negara dengan fasilitas yang sudah membikin orang lain mengucurkan air liur, toh masih tega juga terus mengembat uang Negara. Anggota dewan, jaksa, hakim, pegawai bea cukai, pegawai negeri, pejabat, dst, adalah orang-orang yang diamanahi untuk melayani rakyat. Untuk keperluan itu mereka digaji luar biasa besarnya dan dengan gaji mereka dapat hidup sejahtera.
Dalam pandangan sufistik, para koruptor adalah orang yang belum tercerahkan, karena dalam diri pribadinya ditutupi oleh kabut tebal yang berupa penyembahan duniawi. Dalam agama apapun diajarkan bahwa dipersilakan mencari dunia sebanyak-banyaknya asal dengan cara yang halal dan toyib serta semuanya nanti ditransformasikan menjadi “energy” yang disebut “nur atau cahaya”. Dalam ajaran agama-agama besar, ditekankan pentingnya kejujuran, kedermawanan, disiplin, dan pelayanan. Seseorang akan dapat mengamalkan dengan baik hal-hal tersebut jika telah sampai kepada kesadaran, bahwa kita tidak memiliki apa-apa. Dalam “rumus” tingkat ma’rifah: “tidak ada aku dan tidak ada kamu”, karena yang ada hanyalah Tuhan.
Kesalehan sosial yang sampai tingkat ini melampaui tiga tingkatan sebelumnya, yakni: tingkatan pertama adalah syariah “rumus” yang berlaku adalah: milikmu dan milikku. Yakni hukum yang menjamin hak-hak individu dan hubungan etika diantaranya. Pada tingkatan tareqah berlaku rumus: milikku adalah milikmu dan milikmu adalah milikku. Disini ada hubungan persudaraan yang kental. Pada tingkat haqiqah rumusnya: tidak ada milikku dan tidak ada milikmu. Ini tingkat kesadaran bahwa manusia tidak memiliki apa-apa karena semuanya hanya milik Tuhan. Manusia hanya mengemban amanah, dan ini melampaui terhadap pengikatan diri terhadap duniawai, pangkat, jabatan, ketenaran, kekayaan, dst. ****

Saratri Wilonoyudho
Saratri Wilonoyudho
Disarikan oleh Saratri Wilonoyudho.
Aktif Menemani Jamaah Maiyah Gambang Syafaat.
Mengajar di Jurusan Teknik Sipil Unnes Semarang Jawa Tengah.

http://www.caknun.com/2011/10/urip-mung-mampir-ngombe/

Minggu, 23 Oktober 2011

Sheikh Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen


Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen ral.

—yang dikenal oleh para guru sufi di seluruh dunia sebagai seorang yang mencapai tingkat ruhaniyah—adalah seorang bijak dan suci yang sering disebut-sebut dari mulut ke mulut, beliau ‘muncul’ dari belantara hutan Sri Lanka tahun 1914.

Sangat sedikit yang diketahui tentang beliau pada periode sebelum itu. Sedikit sepihan data mengenai beliau yang berhasil diperoleh adalah bahwa beliau datang ke Sri Lanka pada tahun 1884—yang ketika itu disebut dengan Ceylon—dari perjalanannya berkelana di seputar India, kemudian ke Baghdad, Yerusalem, Madinah, Mesir, Roma, dan kemudian kembali lagi ke Ceylon untuk menetap. Data lainnya yang berhasil didapatkan adalah bahwa pada tahun 1930-an ia pindah ke Jaffna, dan kemudian pada tahun 1960-an ia tinggal di Colombo, Sri Lanka.

Beliau sendiri tidak pernah mengatakan berapa usianya sebenarnya. Ia telah melewatkan seluruh umurnya untuk mempelajari pelbagai agama yang ada di dunia, dan sebagai pengamat rahasia-rahasia paling tersembunyi dari pelbagai ciptaan Tuhan. Jika ditanya tentang dirinya, ia hanya mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang manusia kecil (manusia semua, ant man) yang hanya menjalankan tugas yang diperintahkan Allah kepadanya. Ia mengatakan bahwa perihal mengenai dirinya tidaklah penting untuk diketahui, dan hanya pertanyaan tentang Allah-lah yang lebih layak untuk diketahui.

Sejak masih tinggal di hutan-hutan Ceylon, nama beliau telah dikenal masyarakat kota maupun pedesaan sebagai seorang Guru yang kata-katanya memberikan ‘pencerahan’ dan mampu menjawab segala macam persoalan orang-orang yang datang kepadanya. Ia membantu segala macam manusia yang datang menemuinya, dari segala macam bangsa maupun derajat, menjawab segala macam pertanyaan mereka tentang kehidupan maupun persoalan mereka, menyembuhkan penyakit mereka, bahkan hingga membantu membuka hutan dan membajak ladang mereka, serta memberikan saran-saran pertanian.




Nama ‘Muhaiyaddeen’ secara harfiah berarti ‘yang menghidupkan kembali Ad-Diin,’ dan memang, selama sisa hidupnya itu Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen ral. mengabdikan dirinya untuk membangkitkan kembali keyakinan akan Tuhan di dalam kalbu orang-orang yang datang kepadanya.

Sebagai seorang guru sufi, beliau memiliki kemampuan yang unik, yaitu kemampuan memurnikan esensi kebenaran dari semua agama.
Selama lima puluh tahun terakhir kehidupannya, beliau membagi pengalaman-pengalamannya ini kepada ribuan orang dari seluruh dunia. Walaupun beliau memberikan pelajarannya dalam kerangka sufistik Islam, orang-orang dari agama Kristiani, Yahudi, Buddha, maupun Hindu, tetap datang kepadanya dan duduk bersama-sama, selama berjam-jam, di dalam majelisnya untuk mencari secercah pemahaman akan Kebenaran. Beliau sangat dihormati para akademisi, juga para pemikir filsafat maupun pemimpin serta kelompok-kelompok spiritual tradisional karena kemampuannya memperbarui keyakinan di dalam hati manusia yang datang kepadanya.

Sebagai sambutan atas pelbagai undangan kepadanya, beliau datang ke Amerika Serikat pertama kali pada tahun 1971. Dalam kunjungan-kunjungan berikutnya ke negara ini, beliau memberikan pelajaran-pelajarannya melalui banyak stasiun televisi maupun radio, mencakup pendengar dari Amerika hingga Kanada, dari Inggris hingga Sri Lanka. Beliau juga memberikan kuliah-kuliah di banyak universitas di Amerika maupun Kanada. Beliau mengarang lebih dari dua puluh buku, dan menghasilkan sejumlah rekaman kaset dan video. Beberapa media yang pernah menemuinya di antaranya adalah Time, The Philadelphia Inquirer, Psychology Today, dan The Harvard Divinity Bulletin.


Ia terus membimbing murid-muridnya dari segala bangsa, dan juga menerima tamu-tamu hariannya dari pelbagai kalangan, mulai dari pelajar sekolah dasar, petani, dan buruh, hingga para tokoh agama, pemimpin dunia, jurnalis, akademisi, maupun para pencari Tuhan; untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, membantu memecahkan persoalan mereka dan menyentuh hati mereka dengan cara yang sangat personal.
Ia terus melakukan semua ini hingga hari meninggalnya pada 8 Desember 1986 di Philadelphia, Amerika Serikat, dan dimakamkan oleh murid-muridnya di sana. Hingga sekarang makamnya masih banyak diziarahi orang dari seluruh dunia.
Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa ketika itu, Robert Muller, dalam kata-kata bela sungkawanya mengatakan, “Saya tidak akan pernah melupakan kata-kata beliau. Telah ada sebuah pesan yang jelas untuk dilaksanakan di seluruh kehidupan saya. Semoga semenjak hari ia meninggalkan dunia ini, jiwanya akan senantiasa tetap bersama kita untuk membantu dalam menyelesaikan tugas kita masing-masing yang teramat sangat sulit ini.”

www.surrender2god.wordpress.com

Kakek…Untuk apa Tuhan menghadirkanku di dunia ini?


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Sang Cucu: Kakek…Untuk apa Tuhan menghadirkanku di dunia ini?


Tuhan telah mengajarimu segala sesuatu. Segalanya telah tertulis di dalam dirimu. Sebelum kau datang kemari, Dia berkata kepadamu, “Aku mengirimmu ke sekolah bernama dunia. Ia hanyalah tempat sementara. Kau harus pergi ke sana untuk sementara waktu untuk belajar mengenai sejarah-Ku, sejarahmu, dan sejarah lainnya. Kau harus mengerti siapa yang menciptakan segala sesuatu, siapa yang bertanggungjawab terhadap segala sesuatu, siapa Penjaga yang menjaga dirimu, dan apa milikmu yang sesungguhnya. Ketika kau telah belajar dan mengerti semua sejarah-sejarah ini, kau akan menyadari siapa dirimu dan siapakah Dia yang kau butuhkan, Sang Kebenaran, Dia Yang Maha Hidup.”
“Setelah kau mempelajari hal-hal ini semua, kau harus melewati suatu ujian. Lalu kau bisa membawa apa yang menjadi milikmu dan kembali ke sini. Tapi pertama, pergilah ke sekolah dan belajar. Lalu kembalilah.”
Tuhan mengatakan ini kepadamu dan kemudian mengirimmu ke sini. Sekarang adalah tugasmu untuk menemukan-Nya, untuk mengenal dirimu, dan untuk mengetahui apa kekayaanmu yang sejati. Itulah mengapa kau harus datang kemari. Maka, jadikan kebijaksanaanmu sebagai gunting dan periksalah milikmu dengan baik, potonglah apa-apa yang buruk. Dia telah memberikan segalanya kepadamu, tetapi kau harus memotong semua gambar yang kau ambil dengan kamera fotomu sendiri dan simpanlah hanya rol yang baik, itulah yang kau bawa menuju Penjagamu. Sambungkan semuanya dan singkirkan hal lainnya.

www.surrender2god.wordpress.com

Bercengkerama Dengan Anak-Anak


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Kita harus membuat hati anak-anak kita benar-benar suci. Kemanapun mereka pergi bermain, dimanapun mereka berada kita harus memastikan bahwa mereka tumbuh dengan hati yang suci. Pelajaran yang kita ajarkan kepada mereka, cara yang kita sampaikan bergantung pada apa yang kita lakukan karena mereka meniru tingkah laku kita. Mereka mencoba meniru kata-kata yang kita ucapkan layaknya burung beo, mereka mencoba melakukan apa yang kita lakukan. Jika kita marah, seorang anak akan mengekspresikan kemarahannya melalui caranya sendiri. Anak-anak belajar dari apa yang kita ajarkan kepada mereka dan setelah mereka dewasa mereka akan mengajarkannya kepada anaknya, begitulah seterusnya. Kita adalah guru, kita adalah guru bagi kehidupan anak kita sejak ia lahir hingga akhir waktu. Apapun yang kita ajarkan pada anak-anak itulah yang akan ia ajarkan kepada orang lain, anak-anak meniru apa yang ia lihat. Jika kita bisa menghadirkan perkataan yang baik, perkataan yang membangun, perkataan yang indah, perkataan yang dipenuhi oleh belas kasih, perkataan yang dipenuhi oleh kearifan kepada anak-anak, mereka akan tumbuh di jalan kebenaran. Dan jika kita ingin melakukan hal ini, kita sendiri harus bertransformasi terlebih dahulu. Ini adalah pelajaran yang terbaik bagi seorang anak.


www.surrender2god.wordpress.com

Sekuntum Mawar Hati



Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  




Penanya: Apa yang dimaksud dengan hati terbuka? Mengapa hati harus dibuka? Dan apa yang menyebabkan hati terbuka?

Bawa Muhaiyaddeen: Hanya ketika sekuntum mawar mengembang dan merekah, barulah keharumannya menyebar. Bukankah begitu? Sebelum merekah bisakah engkau merasakan keharuman mawarnya? Tidak, engkau tidak bisa. Bisakah engkau melihat keindahan mawarnya? Tidak bisa, ia hanyalah sebuah kuncup. Hanya tatkala mawarnya merekah barulah keindahan dan keharumannya terpancar.
Lubuk hati yang paling dalam, atau qolbu, adalah seperti sekuntum bunga mawar. Walaupun ia ada di sana, selama ia masih dalam keadaan kuncup, engkau tidak akan bisa merasakan keindahan mawarnya, warnanya atau keharumannya. Hanya ketika mawar qolbu merekah barulah engkau akan mengetahui kebahagiaan ketika mencium dan melihatnya. Pada saat itulah keindahan, keharuman, kebenaran dan keagungan qolbu diketahui. Hal-hal ini tidak bisa dilihat tatkala mawar masih dalam keadaan kuncup. Untuk itulah mengapa mawar qolbu tersebut harus dibuka. Ia harus merekah.
Sebuah taman mawar haruslah dikunci agar binatang tidak masuk dan merusaknya. Oleh sebab itu, kita harus membuka kuncinya, memasukinya dan merawatnya. Kita harus menyiram tanamannya, memberinya pupuk, dan menjaga mereka. Dengan hal yang sama, menggunakan kunci hikmah kebijaksanaan dari kebenaran, kita harus membuka taman mawar dari hati dan masuk ke dalamnya. Ketika di dalam, kita harus mengetahui apa yang dibutuhkan agar kuncup bisa merekah. Kita harus memberinya pupuk sifat-sifat Tuhan, tindakan Tuhan, perbuatan-Nya, kemulian-Nya, dan cinta-Nya. Dan kita harus menyiramnya dengan sifat-sifat Tuhan. Inilah hal-hal yang harus kita berikan kepada tanamannya.
Seiring kita melaksanakan tugas-tugas ini, suatu keindahan yang menakjubkan akan mulai merekah, dan kita akan mulai merasakan keharumannya. Itulah taman mawar dari hati. Dan Sang Penjaga dari taman ini adalah “Tuhanku!” Kita akan dapat melihat Penjaganya dan merasakan keindahan dan keharuman mawarnya di sana. Inilah mengapa kita harus membuat bunganya merekah. Inilah cara yang harus kita lakukan.


www.surrender2god.wordpress.com

Lima Jenis Kegilaan


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Terdapat berbagai jenis kegilaan di dunia ini. Kita akan membahas lima jenis kegilaan yang paling umum.
* Gila yang berasal dari akal pikiran
* Gila akan wanita,
* Gila akan uang,
* Gila akan mabuk-mabukan,
* Gila akan kebijaksanaan.
Pada sebuah persimpangan jalan di dekat taman, berdiri sebuah pohon yang teduh. Lima orang dengan lima jenis kegilaan duduk bersama di bawah pohon tersebut. Mereka berbicara dengan diri mereka sendiri. Bagi orang yang berlalu-lalang, lima orang ini terlihat sama, tetapi terdapat alasan yang berbeda atas kegilaan mereka.
Manusia yang sakit jiwa mengambil semua serpihan kertas dan lembaran daun kering yang ada di tanah dan meletakkannya di sekitar tangannya sembari mengoceh, “Kau pergi ke sini, kau pergi ke sana.”
Dia yang terobsesi oleh wanita mengambil semua serpihan kertas dan mengira bahwa kertas itu adalah surat cinta. Dia berkomat-kamit, “Kekasihku menulis ini, kekasihku menulis itu. Kekasihku berkata, ‘Aku akan datang kepadamu!’”
Dia yang terobsesi oleh uang mengambil semua serpihan kertas, melihatnya, membolak-baliknya, dan mengomel kepada dirinya sendiri, “Bank ini, bank itu. Rekening ini, rekening itu. Simpananku.”
Dia yang gila karena mabuk berdiri dan berjalan sempoyongan di jalan, menabrak orang lain dan benda-benda yang ada di sekitarnya. Akhirnya, dia terjatuh tak sadarkan diri di jalan, dan maling merampok pakaiannya. Ketika dia sadar kembali dia begitu malu, sehingga dia kembali ke rumah, bertengkar dengan istrinya, dan menyalahkan keluarganya atas kesalahannya.
Tetapi dia yang terobsesi oleh kebijaksanaan mengambil sebuah daun kering yang telah mati dan tersenyum dengan sedih. “Sungguh indah ketika engkau masih bersatu dengan batangmu. Pada awalnya engkau adalah sebuah daun indah yang berwarna hijau yang menyejukkan orang lain. Kemudian engkau berubah menjadi kuning, dan saat ini warnamu menjadi sama dengan tanah. Engkau adalah daun kering yang akan kembali ke tanah sebagai pupuk. Setiap orang dan segala sesuatu akan mendapatkan takdir yang sama. Setiap orang dan segala sesuatu menjadi makanan bagi tanah.” Dia tertawa dan menangis, tetapi bukan dari dalam dirinya.
Manusia yang terobsesi dengan kebijaksanaan tertawa karena penjelasannya sendiri. Dia berkata, “Sungguh inilah kehidupan! Oh Tuhan, aku mencari-Mu dan menjadi gila. Engkaulah satu-satunya dokter yang dapat menyembuhkan kegilaanku. Jika Engkau tidak datang, aku akan mati seperti daun ini. Engkaulah Tuhan yang menciptakan, melindungi, dan merawatku. Engkaulah Tuhan yang memahami dan mengerti akan diriku. Berikanlah aku obat rahmat, cinta dan kebijaksanaan-Mu dan penuhilah kebutuhan-kebutuhanku. Aku adalah budak-Mu di dunia ini.” Hatinya terbuka, dan dia berserah diri kepada Tuhan.
Empat orang lainnya tidak menyadari hal ini. Mereka berbicara akan apa yang ada di dalam diri mereka. Tetapi bagi dunia, kelima orang ini terlihat gila.
Anakku, pahamilah keadaan ini. Jangan mengikuti apa yang dunia lakukan. Jika engkau melihat seseorang yang benar-benar mengerti akan dirinya, kehilangan dirinya dalam meraih kebijaksanaan, dan mati dalam Tuhan, engkau sebaiknya menghormatinya dan belajar kebijaksanaan dan kata-kata baik darinya. Hal itu akan menjadikan engkau mulia.
*********
Edisi Inggris “Five Common Types of Insanity” Oleh M. R. Bawa Muhaiyaddeen. Diterjemahkan oleh Dimas Tandayu.

Berdiri Di Bawah Keteduhan Kebenaran Tuhan


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Cintaku, cucu-cucuku, permata bercahaya yang menyinari mataku. Kemarilah, mari kita beristirahat di bawah keteduhan pohon ini dan mencari perlindungan dari teriknya matahari. Jika kita duduk di bawah cabangnya, kita akan terlindungi dari matahari dan hujan. Tetapi jika kita tetap berada di kejauhan, kita tidak akan menemukan kenyamanan. Sebaliknya kita akan mengeluh “Oh mataharinya begitu terik!” atau “Hujannya membasahiku!” aku tidak mampu menghadapinya! Pohon yang tidak berguna ini tidak memberiku perlindungan apapun!” Kenapa menyalahkan pohonnya sedangkan kita sendiri tidak berdiri pada sisi yang memberikan keteduhan? Manusia juga menyalahkan Tuhan seperti ini. Dia tidak mencari tempat berteduh dimana Tuhan berada. Dia tidak mencari tempat berteduh pada tindakan-tindakan Tuhan, sifat-sifat-Nya, atau keindahan-Nya. Sebaliknya, manusia berdiri ter-ekspos langsung kepada penderitaan, pada panas dan dingin, dan kepada badai dan penyakit dunia. Dia berdiri pada kegelapan dari ilusi dan menyalahkan Tuhan dan kebenaran karena tidak melindungi dirinya. “Apa itu Tuhan?” katanya. “Dimana Dia sekarang, ketika aku berhadapan dengan begitu banyak bahaya dan penderitaan dari kesulitan-kesulitan yang begitu banyak? Angin badai dan panas yang sangat terik menyiksaku,” katanya sembari menangis. “Kenapa Tuhan tidak menolongku?”
Cucu-cucuku, adalah suatu kebodohan jika menyalahkan Tuhan. Itulah yang dilakukan dunia. Adalah salah kita sendiri jika kita berdiri di tengah-tengah ilusi, neraka, dan kegelapan. Hanya jika berdiri di bawah keteduhan kebenaran Tuhan dan bertindak atas dasar kebijaksanaan dan sifat-sifat-Nya, barulah kita akan ternaungi oleh keteduhan. Engkau harus memikirkan hal ini.
Cintaku, permata yang menyinari mataku. Berdirilah di dalam keteduhan-Nya dan sambutlah kenyamanan-Nya. Amin


Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdom

Sebuah Pelajaran Dari Burung Pelatuk


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Cintaku, cucu-cucuku. Lihat pohon itu di sana. Apakah engkau melihat burung dengan dada putihnya yang indah, dihiasi dengan leher berwarna merah dan bulunya yang indah? Amati keindahan pada kepalanya, pada lehernya, dan pada kakinya. Betapa indahnya burung itu, bukankah begitu? Aku rasa burung itu adalah burung pelatuk. Benar, lihat bagaimana burung itu menggunakan paruhnya yang unik untuk mematuk kulit pohon. Tahukah engkau kenapa ia melakukan hal itu? Burung itu mencari serangga yang ada dalam kayunya.
Tidak seperti burung lainnya, burung pelatuk dapat berjalan lurus menaiki sebuah pohon. Ia juga bisa berjalan naik atau turun, berjalan ke setiap sisi, berputar mengelilingi batang pohonnya, mematuk-matuk untuk mencari makanan. Ketika seseorang ingin memanjat sebuah pohon, mereka harus meletakkan kedua tangan mereka di batang pohon dan memeluknya erat-erat. Tetapi burung pelatuk dapat berjalan naik-turun dengan mencengkram kuat batang pohonnya. Jika burung pelatuk harus memeluk batang pohonnya sebagaimana yang dilakukan manusia, ia tidak akan dapat mematuk dan mengeluarkan makanan dari dalam kayunya. Tidak ada burung lain yang bisa melakukan apa yang dilakukan burung pelatuk. Kebiasaan ini aneh untuk dilihat. Engkau tidak akan menemukannya pada burung lain.
Cintaku, cucu-cucuku. Seorang manusia bijak adalah seperti burung pelatuk, dan dunia ini adalah seperti sebuah pohon besar. Dengan keimanan, keyakinan, dan keteguhan hati, seorang manusia bijak, seorang insan kamil, bisa melakukan apa yang manusia lain tidak bisa lakukan. Seperti burung pelatuk, dia bisa dengan mudah memanjat ke atas, mematuk pada setiap tempat. Sebagaimana ia mengarungi dunia tanpa mengambilnya, ia mematuk dengan sifat-sifat Tuhan dan mengeluarkan kebenaran yang dibutuhkan bagi penghidupannya. Dia mengeluarkan cinta, kebijaksanaan, belas kasih, ketenteraman, dan Tuhan. Seorang manusia bijak tidak bergantung pada pohon dunia atau mengikatkan dirinya kepada akal pikiran dan keinginan (hasrat). Dunia tidaklah sulit baginya, karena ia bebas bergerak kemana saja ia kehendaki. Kehidupan dan hubungan-hubungan di dalamnya tidaklah berat baginya, karena ia memiliki iman, keyakinan, dan keteguhan hati yang dikenal sebagai iman. Seorang manusia bijak hanya mengambil kebenaran, sebuah titik dari segala sesuatu. Hal ini alami baginya. Kebanyakan manusia, pada sisi lainnya, menempelkan hidung mereka pada segala urusan dunia dan berusaha untuk mengambil segalanya. Karenanya, mereka menemukan banyak kesulitan ketika mereka berusaha memanjat pohon itu. Apakah engkau mengerti?
Burung pelatuk adalah burung yang lembut (subtle), dan manusia bijak adalah mahluk yang lembut (subtle). Jika manusia tidak menjadi bijak dan lembut, ia akan terus menggenggam dunia dan tidak akan mampu untuk memanjat dan terbang. Akan sulit baginya untuk mengeluarkan kebenaran. Akan sulit baginya untuk memiliki sifat-sifat baik atau untuk memahami cinta atau untuk meraih kemerdekaan bagi jiwanya. Karena hal inilah dia menderita dan terjatuh.
Cintaku, cucu-cucuku. Apakah engkau mengerti bagaimana manusia bijak hidup di dunia ini tanpa menggenggamnya? Adalah sangat mudah baginya karena ia memiliki iman, keyakinan, keteguhan hati, dan kebijaksanaan. Renungkan hal ini. Jika engkau juga belajar bagaimana untuk melakukan hal ini, engkau akan lebih indah daripada burung pelatuknya. Tuhan akan menempatkan mahkota keagungan-Nya pada kepalamu dan memberimu dua sayap dari kebijaksanaan dan iman. Kedua matamu akan begitu indah dan hatimu akan menjadi cahaya putih yang suci. Hidupmu akan lengkap, dan engkau akan memiliki ketenteraman.
Seperti itulah seorang manusia bijak. Semua manusia lainnya, semua yang tidak memiliki kebijaksanaan, berada dalam derita. Walaupun mereka membutuhkan Tuhan, kebijaksanaan dan cinta, mereka bergantung pada dunia dan karena itulah mereka menderita. Cucu-cucuku, semakin kuat engkau bergantung pada pohon dunia, engkau pun akan semakin menderita.
Cintaku, tolong renungkan hal ini. Semoga Tuhan memberimu kebijaksanaan.
Amin.



Sumber artikel & diterjemahkan oleh Dimas Tandayu

Angin Api


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Sebuah chapter dari buku Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdom

***
Dulu, sebelum mesin pemutar baling-baling yang menggerakkan roda kapal ditemukan, perjalanan mengarungi luasnya lautan atau menyusuri panjangnya sungai cuma bisa dilakukan dengan bantuan tiupan angin kencang. Tenaga sejumlah manusia yang disatukan memang mampu juga mengayuh perahu mengarungi lautan, tapi perlu waktu berpekan-pekan untuk tiba di tujuan. Itu pun belum tentu sampai, sebab bisa saja keburu dihantam badai di tengah jalan.
Kalau sedang tak ada tiupan angin, maka kapal pun terombang-ambing di tengah lautan atau perahu terpaksa dilabuhkan. Tanpa angin, kapal atau perahu tak akan pernah sampai ke tujuan. Maka kepergian orang pun terhenti di tengah jalan, dan barang kebutuhan hidup tak pernah tiba di tangan orang-orang yang membutuhkan. Maka, bahaya kelaparan pun datang mengancam.
Tanpa adanya tiupan angin, tentu tak akan pernah terjadi penyatuan serbuk bunga. Akibatnya tumbuhan tak akan mengeluarkan buah. Maka, sekali lagi bahaya kelaparan mengancam kehidupan manusia. Sebab, di mana pun di dunia ini, makanan pokok orang pada dasarnya adalah buah. Buah padi, buah gandum, buah pisang, atau buah kurma.
Tapi, jika angin bertiup kelewat kencang dan mengubah dirinya menjadi badai atau topan, maka kapal pun tenggelam, perahu karam, pohon bertumbangan, rumah ambruk, perkampungan porak poranda. Angin yang berlebihan ternyata membawa malapetaka. Dan tak cuma angin sebenarnya, apa pun yang berlebihan kerap mendatangkan celaka. Kekayaan yang berlimpah ruah, misalnya, bisa membuat orang pongah sehingga lupa kepada Yang Mahapemurah. Begitu pula kemiskinan yang kelewatan kerap membuat orang putus asa, lalu bunuh diri untuk segera tiba di neraka.
Namun demikian, ada angin yang sesungguhnya teramat panas tapi justru menjadi berkah. Namanya Angin Api yang cuma bertiup di gurun pasir. Angin Api inilah yang meranumkan sekaligus membuat manis buah kurma yang kerasnya tak terkira. Tanpa adanya Angin Api, kurma tak akan pernah matang dan tentunya tak bisa dimakan.
Ketika angkutan umum seperti kereta api, bus, pesawat terbang, belum menyentuh peradaban dunia, maka perjalanan panjang melintasi daratan dilakukan orang dengan menunggang binatang. Orang Badui yang tinggal di gurun pasir, misalnya, selalu menunggang unta untuk ke mana-mana. Padahal di padang pasir nyaris tak tersedia makanan. Tapi orang Badui sudah ditakdirkan dapat bertahan hidup dengan menggunakan sedikit sekali makanan. Kurma adalah makanan utama mereka.
Orang Badui sepenuhnya bergantung kepada kurma selama dalam perjalanan mengarungi gurun yang gersang untuk mempertahankan kehidupan. Sari buah kurma seperti madu. Mereka mengoleskannya ke atas roti, dan menggunakannya untuk memaniskan susu unta yang sebenarnya sangat asin rasanya.
Hati manusia sekeras buah kurma yang hanya akan matang setelah mendapat terpaan panasnya Angin Api kehidupan. Seperti kurma yang ranum, hati manusia yang matang juga akan memberikan kehidupan bagi sekelilingnya.
“Jika kalian menjadi pohon kurma karunia Tuhan bagi seluruh kehidupan, maka kelaparan mereka akan hilang dan kesulitan mereka akan ringan.”

 www.surrender2god.wordpress.com

Bisakah Bawa Memberiku Sebuah Doa Spesial Untuk Diucapkan?


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Sebuah percakapan Bawa Muhaiyaddeen dengan anak-anak kecil yang disusun dalam sebuah buku Why Can’t I See the Angels?

Penanya (berusia 7 tahun): Bisakah Bawa memberiku sebuah doa spesial untuk diucapkan?

Bawa Muhaiyaddeen: Kami tidak bisa memberikanmu doa yang tinggi saat ini karena engkau masih kecil. Masih banyak yang harus engkau pelajari. Engkau harus memulainya dengan perlahan-lahan, dan sepanjang perjalanan engkau akan melaju lebih tinggi.

Doa pertama adalah: La ilaha illallah, Muhammadur-Rasulullah. Tuliskan kalimat ini untuknya. (Bawa Muhaiyaddeen lalu mengucapkannya kata per kata secara perlahan-lahan agar anak itu bisa mengucapkannya.) Ambil ini sebagai doa spesialmu.
La ilaha bermakna batin: Tiada apapun yang bukan Engkau. Illallah bermakna batin: Engkau, Allah. Tidak ada tuhan yang sebanding dengan-Mu atau setara dengan-Mu. Engkau pemilik segala kebesaran. Engkaulah satu-satunya Tuhan. Engkaulah Allah yang Maha Berdiri Sendiri. Engkaulah Allah yang menciptakan seluruh ciptaan. Engkaulah Allah yang memberikan rezeki kepada segala sesuatu. Engkaulah Ayah* yang melindungi seluruh mahluk hidup, Allah yang menciptakan segala sesuatu, menjaga segala sesuatu, dan memelihara segala sesuatu. Engkaulah Allah yang menjadikan yang hidup menjadi mati dan engkaulah Allah yang membangkitkan kembali mereka yang telah mati. Engkaulah Allah yang akan mengajukan pertanyaan besok [pada hari pembalasan] mengenai kebaikan dan keburukan yang telah kita lakukan. Engkaulah Allah yang memberikan keputusan di hari pembalasan. Engkaulah Allah; tiada tuhan selain Engkau. Ini adalah sebagian kecil arti dari doa ini.
Illallah. Engkaulah Allah. Muhammadur-Rasulullah, Muhammad (SAL.) adalah utusan-Mu. Dia adalah rasul dari kerajaan-Mu. Dia adalah utusan bagi seluruh kerajaan rahmat-Mu. Engkau menciptakan dia, Rasul (SAL.) melalui kebijaksanaan-Mu, Engkau menurunkan kebijaksanaan-Mu melalui bentuknya. Seorang Rasul (SAL.) adalah bentuk dari kebijaksanaan-Mu dan adalah cahaya bagi iman, bagi kepercayaan, keyakinan, dan keteguhan hati. Bagi mereka yang memiliki kepercayaan kepada Engkau, bagi mereka yang memiliki iman, seorang Rasul (SAL.) hadir sebagai cahaya. Melalui cahaya itu, dia membimbing kita mengetahui-Mu dan melihat-Mu. Muhammad, seorang Rasul (SAL.), adalah budak-Mu, utusan-Mu, Kebijaksanaan-Mu, dan kebesaran-Mu.
La ilaha illallah, Muhammadur-Rasulullah. Aku mengikuti dan mempercayai para Rasul (pembawa pesan) yang telah Engkau datangkan. Aku menerima kebenaran ini sebagai iman dan kebenaran ini sebagai kesucian, sebagaimana aku menerima Engkau, aku menerima utusan-Mu, dan aku bergerak meraih-Mu.
Berikan salinan penjelasan kalimat ini kepada anak ini. Masih banyak penjelasan dari kalimat ini. Terdapat begitu banyak arti di dalamnya, tetapi ini hanyalah satu bagian penjelasan bagi imanmu, kepercayaanmu, keyakinan, dan keteguhan hatimu. Amin.

M. R. Bawa Muhaiyaddeen
November 13, 1983
*********
Sebagaimana kita ketahui bahwa makna “La ilaha illallah” adalah “Tiada tuhan selain Allah”. Bawa Muhaiyaddeen menjelaskan dengan makna batin karena pada saat itu dia menjelaskannya kepada masyarakat amerika yang sama sekali buta terhadap bahasa arab. Lebih lanjut, makna batin “La ilaha illallah” yang lebih ‘dalam’ lagi menurut Bawa Muhaiyaddeen adalah “Tiada realitas di luar Realitas Agung”.
*”Ayah”. Ketika kita membayangkan seorang ayah, hal apakah yang akan terbayang? mungkin akan terbayang suatu sosok yang membesarkan kita, menjaga kita, membimbing kita, menyayangi kita, mencintai kita, dll. Para sufi sering menggunakan metafora untuk menggambarkan suatu “rasa”. Bawa Muhaiyaddeen menggunakan kata “Ayah” menggantikan “Tuhan” agar “rasa” diatas timbul di hati kita pada saat kita mengingat Tuhan. Lebih lanjut telah jelas bahwa QS. 112:3 “(Allah) Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Bawa Muhaiyaddeen kerap menggambarkan kasih sayang Allah terhadap jiwa-jiwa yang suci bagaikan cinta seorang ayah terhadap anaknya, dan selain itu juga karena setiap jiwa manusia berasal langsung dari Allah Ta’ala.
*********
Sumber artikel & diterjemahkan oleh Dimas Tandayu

Apakah Yang Diinginkan Tuhan?



 Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  




Penanya: Terkadang aku bingung akan apa yang Tuhan inginkan, apakah Dia ingin aku berbuat sesuatu agar segalanya terjadi atau apakah Dia menginginkanku untuk tidak berbuat apa-apa dan menerima apa yang terjadi.

Bawa Muhaiyaddeen: Baiklah, mari kita lihat. Ambil contoh seorang dokter. Setelah menyelesaikan sekolah kedokteran, jika ia menjadi ahli bedah, dia akan memiliki akses pada semua alat-alat (instrumen) bedah yang akan digunakan tangannya untuk membedah. Apakah tugasnya saat itu? Dia mengetahui bahwa pasien bisa hidup ataupun meninggal selama operasi berjalan. Jadi mungkin dia akan berpikir, “Jika operasinya gagal dan pasiennya meninggal, aku akan dianggap bersalah karena membunuh dan aku akan masuk neraka. Tetapi jika pasiennya hidup, aku akan dipuji.” Mungkin itu yang akan terjadi. Tetapi selayaknya dia tidak perlu berpikir bahwa hasilnya merupakan tanggung jawab dirinya.
Ada Sang Pencipta yang menciptakan tubuh ini, dengan segala pembuluh darah dan syarafnya. Segalanya merupakan milik-Nya, bahkan kelahiran dan kematian. Bahkan segala pujian dan segala hinaan adalah milik-Nya. Para dokter perlu menyadari hal ini. Dia harus bertindak seperti itu dan berkata, “Ya Tuhanku, ini adalah pekerjaan-Mu. Ya Tuhanku, aku memohon kepada-Mu untuk datang dan melakukan tugas-Mu. Aku hanyalah pembantu-Mu. Aku hanyalah instrumen di tangan-Mu. Adalah Engkau yang harus melaksanakan operasinya, melindungi pasiennya, dan menyelamatkan hidupnya ataupun membuatnya meninggal. Ini adalah tugas-Mu. Aku hanyalah instrumen. Sebuah instrument tidak bertanggung jawab akan hasilnya. Yang bertindak dan melindungi adalah Engkau. Untuk itulah Engkau, Diri-Mu sendiri, yang harus melaksanakan operasi ini.”
Anakku, engkau harus menyadari bahwa engkau hanyalah instrumen-Nya, dan tanggung jawabnya bukan berada di tanganmu. Ingatlah bahwa ahli bedahnya adalah Tuhan dan engkau adalah tangan-Nya. Jika engkau melaksanakan operasinya dalam keadaan seperti ini, tidak akan ada lagi bahaya. Tuhan yang akan melakukannya. Bagaimanapun, jika, engkau berkata, “Aku yang melakukan operasi ini,” maka pujian ataupun hinaan akan menjadi milikmu.
Jika engkau dapat memahami bahwa tanggung jawab akan pujian dan hinaan adalah milik Allah semata, dan jika engkau menyerahkan segalanya kepada-Nya, maka engkau akan melaksanakan semua tugas-tugas sebagai instrumen-Nya, dan mengatakan, “Semoga yang bertindak adalah Engkau, Wahai Tuhanku.” Oleh sebab itu, jadilah instrumen-Nya dan lakukan apapun yang engkau lakukan dengan kemampuanmu yang terbaik. Begitulah caranya.
*********
Sumber artikel & diterjemahkan oleh Dimas Tandayu

Dialog Seorang Sufi Dengan Para Remaja Dan Orang Tua Mengenai Narkoba Dan Minuman Keras



Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  




Bawa Muhaiyaddeen: Aku berikan cintaku untukmu, anakku. Apakah ada pertanyaan yang ingin engkau tanyakan, atau haruskah aku yang berbicara terlebih dahulu, dan kemudian kalian bisa mengajukan pertanyaan? Jika kalian memiliki pertanyaan, silahkan bertanya.

Remaja: Saya memiliki seorang teman yang menginginkan saya pergi berkelana dengannya mengikuti sebuah band grup musik rock mengelilingi kota-kota. Saya katakan kepadanya bahwa saya sudah pernah mengikuti perjalanan seperti ini dan saya berpikir bahwa hal itu bukanlah suatu perbuatan yang baik untuk dilakukan. Saya berusaha menjelaskan bahwa perjalanan itu bukanlah sebuah ide yang baik, tetapi penjelasan saya tidak masuk akal baginya. Dia ingin mengetahui darimana saya mendapatkan ide dan penjelasan ini. Saya mengatakan padanya bahwa saya mengerti mereka dari beberapa hal yang telah engkau katakan kepadaku, tetapi dia benar-benar tidak bisa mengerti.
Pada dasarnya, saya rasa adalah ide yang baik jika Bawa bisa memberikan ceramah mengenai beberapa hal yang berbahaya yang sedang terjadi di dunia saat ini. Beberapa dari anak-anak disekitar kita sekarang sedang berada pada umur dimana mereka ingin pergi keluar bergaul, dan mungkin mereka tidak cukup bijak untuk melindungi diri mereka dari hal-hal yang berbahaya. Mereka mungkin tidak cukup mengetahui tentang obat-obatan dan pengaruh yang ditimbulkan dari teman mereka.


Bawa Muhaiyaddeen: Aku berikan cintaku untukmu, anakku. Tolong dengarkan baik-baik. Jika terdapat seekor kuda yang hidup di kota kemudian pergi meninggalkan kota dan menuju hutan belantara untuk bergabung dengan kuda liar, latihan yang telah diberikan kepadanya akan terlupakan, dan akan sangat sulit untuk ditangkap dan dilatih kembali. Ia akan terbiasa dengan liarnya hutan dan sifat-sifatnya akan berubah. Jika engkau ingin menangkapnya, engkau harus bersahabat dengannya dan membujuknya untuk kembali ke kota. Hal ini akan membutuhkan waktu yang lama, dan walaupun engkau bisa melakukannya, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk melatihnya kembali. Bahkan bisa membahayakanmu ketika engkau berusaha untuk melatihnya kembali. Engkau bisa celaka. Engkau bahkan bisa jatuh dari kudanya dan mematahkan lengan atau punggungmu. Ketika engkau mencoba untuk melakukan sesuatu seperti ini, hal ini akan sangat berbahaya.
Tetapi, jika engkau membeli kuda yang telah berada dikota sepanjang waktu, akan sangat mudah untuk ditunggangi. Engkau bahkan bisa melatihnya lebih jauh dan mengajarkan kearifan yang baik kepadanya. Hal ini akan membuatmu aman melanjutkan perjalananmu.
Dengan cara yang sama dimana kuda kota yang tersesat dari jalan yang benar dan pergi menuju hutan belantara, terdapat juga manusia yang tersesat dari jalan yang benar. Sebagai hasilnya mereka menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan buruk. Mencoba untuk menasehati mereka akan sangat berbahaya.
Jadi engkau harus berpikir, “Manusia ini seperti kuda. Dia belum memperlajari apa-apa yang baik. Saya beruntung telah mengetahui hal ini pada diriku. Saya meninggalkan hidup yang liar dan datang ke kota. Sekarang saya mengerti apa-apa yang baik. Tetapi manusia kuda ini tetap belum mengerti, dan adalah tidak bijak bagi saya untuk mencoba menasehatinya. Hanya setelah dia mengalami kesulitan-kesulitan, kesedihan dan penderitaan yang telah saya alami. Hanya setelah singa-singa dan harimau dengan berwajah manusia datang menerkamnya dan dia harus berlari untuk menyelamatkan dirinya yang akan membawanya ke kota untuk dilatih. Sebaliknya dia tidak akan berusaha untuk belajar. “Hanya setelah dia menghadapi bahaya yang sama seperti yang telah engkau hadapi, baru ia akan berpikir untuk berubah. Sebaliknya ia tidak akan berubah.
Jangan pernah mencoba untuk memberi nasehat kepada orang yang tidak memiliki kearifan. Engkau harus menghindar dari orang-orang seperti itu. Pelajarilah keadaan seseorang sebelum engkau berbicara kepadanya. Jika engkau tidak melakukan ini, dan engkau mencoba untuk menasehati seseorang, hasilnya akan berbahaya. Hal ini akan seperti melempar batu kepada sebuah gunung. Batu yang engkau lemparkan akan terpecah menjadi beberapa bagian dan memantul kembali menyakiti dirimu. Ingat, jika engkau mencoba menasehati seseorang yang tidak mempunyai kearifan, akibatnya akan mengenaimu kembali dan mengakibatkan bahaya yang besar kepadamu. Hal ini akan membuat musuh bagimu dan engkau akan dibenci.
Jangan mencoba memberi makan singa dengan rumput. Jangan memberikan daging kepada kerbau. Mereka tidak akan memakannya. Dengan hal yang sama, jangan memberi nasehat kepada orang bodoh. Dia tidak akan menerimanya. Hanya memberikan kepada mereka yang berusaha untuk berubah. Hanya berikan kepada mereka yang memiliki kesadaran akan hal itu. Lalu ia akan mengambilnya dan menggunakan manfaat yang ada di dalamnya. Apakah engkau mengerti? Gunakan kearifanmu dengan cara seperti ini. Cara itu akan baik. Dalam sikap seperti ini seharusnya kalian menggunakan kearifan kalian.

Remaja: Ini adalah bagian yang ingin saya dengar. Alasan utama saya membawa pertanyaan ini adalah agar Bawa bisa mengatakan kepada kami mengapa obat-obatan tidak baik bagi siapapun. Obat-obatan ini sangat menjamur sekarang, dan banyak kaula muda yang menggunakannya. Bisakah Bawa mengatakan kepada kami kenapa kami harus menghindari obat-obatan ini?

Bawa Muhaiyaddeen: Baiklah, kita akan berbicara tentang hal itu. Aku berikan cintaku untukmu, cucuku, anakku, putra dan putriku. Apakah tujuan dari hidup kita? Anakku, alasan kita datang ke sini, tujuan kita di dalam kehidupan, adalah untuk belajar dan mengerti tentang rahasia Ayah kita* dan rahasia dari kerajaan surga. Ini adalah tujuan dari hidup.
Sekarang, ketika kita membeli sebuah ladang, tujuan kita adalah untuk menghasilkan panen yang baik. Ini hanya karena kita percaya bahwa ladang tersebut akan membawa keuntungan kepada kita dan manfaat setelah kita membelinya. Terkadang kita membeli tanah untuk membangun rumah dan terkadang kita membeli tanah untuk bercocok tanam. Selain itu, tidak ada gunanya untuk membeli tanah. Kita harus membuatnya berguna. Kita harus mengetahui apakah tanahnya baik untuk membangun sebuah rumah ataukah untuk bercocok tanam. Sebuah rumah harus dibangun pada dataran tinggi sehingga air tidak akan membanjirinya. Ladang harus dibangun pada dataran rendah sehingga air akan tersedia. Anakku, engkau harus memikirkan dan mengerti akan hal ini.
Jika tanahnya cocok untuk bercocok tanam, engkau harus mengetahui bagaimana cara untuk mengolahnya. Lalu, engkau harus menentukan benih apa yang akan tumbuh dengan baik di tanahnya. Engkau harus mengetahui bakteri apa yang ada di tanahnya. Engkau harus mengetahui serangga apa saja yang ada di sana. Engkau harus mengetahui berapa panjang akar dari benih yang akan tumbuh dan berapa jauh akar pohon yang akan tumbuh ke bawah. Engkau harus mengetahui dimana pohon yang paling besar akan ditanam dan dimana tanaman kecil akan ditanamkan. Engkau harus mengetahui dimana dan bagaimanakah cara menanamkan sebuah pohon yang menghasilkan buah. Jika terdapat bagian yang memiliki batu, beberapa pohon bisa ditanam di sana. Jika terdapat bagian yang memiliki tanah yang lunak, tanaman kecil seperti padi dan ubi-ubian bisa ditanam di sana. Semua hal ini harus dipertimbangkan untuk menghasilkan ladang yang berhasil.
Sekarang, dengan cara yang sama kita bekerja keras untuk menyiapkan tanahnya dan membuatnya indah agar kita bisa mendapatkan manfaat darinya, kita juga harus bekerja keras untuk menyiapkan rumah dari kehidupan kita. Rumah dari kehidupan kita seperti ladang tersebut. Kita harus mengetahui dimana kita seharusnya membangun rumah bagi jiwa dan rumah bagi surga kita. Kita harus mengerti hal ini di dalam hati kita dan berusaha untuk membangun rumah tersebut. Kita harus memikirkan bahan apa yang kita butuhkan. Kita harus bertanya kepada diri kita, “Bagaimana kita seharusnya mengolah kehidupan kita?” Seperti apakah keadaan pikiran kita, hasrat kita, hati terdalam kita? Kita harus mengerti akal pikiran kita, yang sama seperti ladang, yang akan dilakukan untuk kita. Apakah yang akan dilakukan pikiran, hasrat, keangkuhan, karma, kemarahan, kekikiran, keterikatan, fanatisme, dan iri hati pada diri kita? Apakah yang akan dilakukan minuman keras, syahwat, pencurian, pembunuhan, dan dusta pada diri kita? Apakah yang akan dilakukan iri hati, keraguan, kecurigaan, berbangga diri, dan egoisme pada diri kita? Apakah yang akan dilakukan semua hal ini pada diri kita? Ini adalah serangga-serangga yang akan menghancurkan ladang kita dan memakan kehidupan kita. Sifat-sifat buruk ini adalah seperti serangga-serangga yang akan menghancurkan ladang yang baik di dalam kehidupan kita. Mereka akan menghancurkan rumah kita dan seluruh sifat-sifat baik kita. Seluruh kehidupan kita, seluruh bentuk diri kita, akan tidak berguna atau bermanfaat sama sekali.
Tuhan telah memberikan rumah ini yang merupakan tubuh kita, dan di dalam tubuh ini adalah sebuah kekuatan besar. Di dalam kehidupan kita adalah sebuah kebenaran yang misterius. Kita perlu memikirkan tentang hal ini. Dengan hal yang sama ketika kita perlu untuk menganalisa dan mengerti tanahnya sebelum kita menanam di ladangnya, kita harus mengerti dan menganalisa hidup kita. Kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menghancurkan hidup kita, dan kita harus mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menggoda kita dan merusak pertimbangan kita.
Sekarang, ketika engkau melihat pemabuk menelusuri jalan, amati bagaimana ia berjalan. Lihat bagaimana ia jalan sempoyongan dan menabrak semua orang yang dilewatinya. Sekarang lihat manusia yang menggunakan obat bius. Dia akan tertawa, dia akan menangis, dia akan mengangguk dengan lidahnya menjulur keluar, dan dia akan melakukan segala jenis perbuatan gila. Dorongan apapun yang ada di pikirannya, akan terwujud di luar. Pikiran seseorang yang menggunakan minuman keras dan obat bius seperti heroin dan mariyuana melihat hal yang sama. Apapun yang dipikirkannya ia akan melihatnya di luar.
Jika engkau melihat seseorang yang menggunakan heroin, engkau akan melihat keadaannya. Pertama, dia akan memakainya. Lalu dia akan mengantuk dan mulai merasakan halusinasi.
Kepalanya akan tertunduk dan dia akan jatuh tertidur dengan lidahnya menjulur keluar. Jika engkau mencoba untuk membangunkannya, dia akan mendorongmu. Dia tidak akan mampu untuk duduk. Orang-orang yang melihatnya akan mengetahui bahwa ia sedang terbius. Dalam keadaan ini, dia akan kehilangan rasa malunya dan kemuliaan dari hidupnya.
Mariyuana adalah obat bius yang akan menumpulkan otak. Ketika seseorang menghisap obat bius, ia akan melihat di luar apapun yang di pikirkannya. Dia mungkin akan berpikir, “Hari ini aku akan bercinta dengan gadis ini. Gadis tersebut akan datang hari ini. Aku harus bertemu dengannya dan memeluknya hari ini.” Lalu, dia membayangkan melihatnya di hadapannya. Setiap orang yang lewat di depannya akan terlihat seperti gadis tersebut. Dia akan senyum kepada setiap orang yang dia lihat, berpikir bahwa dia sedang melihat gadis yang diinginkannya. Ketika efek dari obat bius mulai menghilang, dia akan menjadi sedih dan mulai menangis. Dia akan menangis, dia akan tertawa, dan nalarnya akan menjadi tumpul.
Apapun yang dia pikirkan saat dia sedang menggunakan obat bius, itulah yang akan di alaminya. Jika ia menghisap obat bius dengan pikiran sedang memukul seseorang, dia akan pergi dan berkelahi dengan seseorang. Dalam keadaan ini dia mungkin berpikir, “Ayah dan ibuku tidak memperdulikanku. Lihat apa yang akan aku lakukan kepada mereka!” Lalu, dia mungkin akan pergi ke rumah mereka dan menghancurkan segala sesuatu. Obat bius ini akan menghancurkan hidupnya dan sifat-sifat baiknya. Obat bius juga akan menghancurkan kehormatan orangtua mereka di masyarakat. Obat bius seperti mariyuana akan menyebabkan begitu banyak kesulitan seperti ini.
Pada zaman dahulu, ada beberapa pertapa yang mengisap mariyuana. Sepuluh ribu tahun yang lalu mereka menghisap tumbuhan ini di hutan. Mereka menghisapnya untuk tujuan tertentu. Hal itu memungkinkan mereka untuk melihat di dalam meditasi mereka tuhan apapun yang mereka pikirkan ketika menghisap obat biusnya. Mereka berfokus pada satu titik sebagai tuhan mereka. Mereka mungkin sedang memikirkan mengenai tuhan ular, tuhan sapi, atau tuhan harimau. Duduk di dalam meditasi mereka menghisap mariyuana dan kemudian mereka akan mulai melihat hanya tuhan yang mereka harapkan untuk dilihat. Mereka akan menjadi lupa akan sekitarnya. Mereka hanya fokus pada satu titik.
Tetapi mereka yang menghisap obat bius pada saat ini memiliki begitu banyak jutaan pikiran, dan perbuatan mereka adalah tidak berguna dan tanpa tujuan. Setidaknya para pertapa di hutan melakukannya untuk mencapai suatu keadaan. Tetapi jika engkau menggunakan obat bius pada saat ini, hidupmu akan rusak.
Ketika seseorang menggunakan heroin, dia tidak akan mampu berkerja. Jika dia melanjutkan untuk menggunakan obat bius ini, dia akan menumbuhkan penyakit dan tidak ada yang dapat merubahnya. Jika dia tidak memiliki uang untuk obat bius, dia akan mulai untuk mencuri atau bahkan membunuh. Dia akhirnya akan tergeletak di tanah seperti mayat. Dia bahkan tidak akan mengetahui apakah dia menggunakan pakaian atau tidak. Dia tidak akan mengenali istri dan anaknya. Dia tidak akan mengetahui apakah seseorang adalah pria atau wanita. Seluruh hidupnya akan berakhir. Ketika orang-orang melihatnya mereka akan berkata, “Oh, lihat orang mabuk itu di jalan.”.
Mariyuana, heroin, kokain, arak, wiskey, bir, dan champagne, semua adalah zat-zat yang akan menghancurkan dan membunuh manusia. Zat-zat tersebut akan membunuh kearifannya, kebenarannya, dan keindahannya. Zat-zat tersebut akan menghancurkan keindahan pada wajahnya, keindahan dari hatinya, dan keindahan dari hidupnya. Zat-zat ini bisa merubah manusia menjadi orang gila.
Beberapa di antaramu telah mengalami hal ini. Sudahkah engkau mengamati orangtuamu? Pada zaman sekarang, banyak orangtua yang menggunakan obat bius dan alkohol. Dalam keadaan ini apakah mereka memiliki pikiran atau pertimbangan akan pasangannya atau anak mereka? Tidak. Beberapa di antaramu telah mengalami hal ini, sudahkah? Jika engkau belajar dari pengalaman ini, engkau tidak akan menggunakan obat bius. Engkau seharusnya berpikir, “Oh, inilah yang dilakukan orangtuaku. Aku sebaiknya tidak mengulangi kesalahan mereka dan mengalami penderitaan yang sama, atau hidupku juga akan hancur.” Engkau harus memikirkannya dan belajar dari pengalamanmu.
Amati apa yang terjadi ketika seseorang menggunakan heroin, mariyuana, atau kokain, atau pergi ke bar dan diskotik, atau menyewa pelacur, atau melakukan tarian rock and roll. Engkau harus melihat hal ini. Apakah yang terjadi di tempat ini? Apakah hasil dari setiap perbuatan ini? Apakah yang terjadi ketika seseorang berprilaku seperti ini? Bahaya apakah yang akan ditimbulkan dari perbuatan ini? Engkau harus benar-benar memikirkan hal ini. Seorang ibu bisa kehilangan seorang anak. Sang anak kehilangan seorang ibu. Tingkah laku dan sikap baik mereka telah hilang.
Apakah perbedaan diantara binatang dan orang-orang yang berada dalam keadaan ini? Sudahkah engkau melihat bagaimana orang-orang menari di televisi dan cara mereka melompat-lompat seperti binatang? Sudahkah engkau melihat hal ini? Apakah ini menari? Hal itu lebih buruk daripada yang dilakukan binatang. Setidaknya bagian pribadi dari binatang tersebut tertutupi oleh bulu mereka. Bahkan dada mereka lebih rendah dari tubuh mereka sehingga tersembunyi. Tetapi orang-orang lebih buruk daripada binatang. Mereka bahkan tidak menutupi bagian belakang mereka.
Manusia telah diberkati dengan empat kebajikan yaitu kesopanan, sikap hati-hati, kesungguhan hati, dan takut akan berbuat salah. Ketika engkau melakukan hal ini, kebajikanmu akan hilang. Sapi, kambing, dan binatang lainnya memiliki ekor yang menutupi bagian pribadi mereka. Tetapi manusia memperlihatkan semuanya dan memamerkan diri mereka sendiri.
Sekarang, seekor sapi hanya memperlihatkan dirinya kepada pasangannya saja. Setiap beberapa tahun terdapat beberapa musim dimana sapi akan mengangkat ekornya dan mengijinkan sapi jantan untuk kawin dengannya. Jika sapi jantan mendekatinya pada waktu yang lain, dia akan menendangnya. Jika seekor sapi berada dalam keadaan ini, keadaan seperti apa yang seharusnya ada pada manusia yang begitu mulia? Tipe seperti apakah seharusnya seorang manusia? Kita perlu untuk memikirkan hal ini.
Engkau adalah anak kecil. Engkau adalah anak yang cantik. Kita semua di sini sebagai anak laki-laki dan anak perempuan, sebagai saudara. Engkau adalah putra dan putriku, cucu-cucuku. Engkau harus berpikir. Apa hal yang memuliakan manusia, dan apa hal yang menghinakan manusia? Apa yang membuat hidup manusia mulia, dan apa yang membuat hidupnya hina? Engkau harus mengerti hal ini melalui pengalamanmu.
Amati apa yang terjadi di sebuah rumah tangga ketika ayahnya adalah seorang pemabuk dan ibunya seorang yang baik, wanita yang damai. Pikirkan tentang berapa banyak kesulitan dan masalah yang harus diberikan seorang pria kepada istri dan anaknya ketika ia pergi ke tempat prostitusi. Atau jika wanita pergi dengan pria lain dan suaminya adalah orang yang baik, engkau bisa melihat kesulitan-kesulitan yang harus dialami anak dan suaminya. Engkau harus memikirkan tentang apa yang engkau amati dan alami.
Engkau memiliki mata, engkau memiliki telinga, engkau memiliki hidung, dan engkau memiliki lidah untuk berbicara. Engkau juga memiliki qolbu untuk mengerti hal ini. Sudahkah engkau mengerti, dengan menggunakan indra ini dan qolbumu, apakah yang terjadi pada keluarga ini? Sudahkah engkau melihat perceraian, kesulitan-kesulitan, dan masalah yang mereka derita? Sudahkah engkau melihat alasan bagi penderitaan ini?
Seorang pria pergi keluar dan minum. Dia pulang ke rumah larut malam terlambat dan berteriak dan memecahkan apapun. Atau bisa jadi sebaliknya. Seorang wanita pergi keluar dan tidak menjaga anaknya. Engkau harus memikirkan hal ini. Engkau harus mengerti hal ini. Mengerti hal ini adalah pembelajaran sejati. Obat-obatan, mariyuana, heroin, LSD, dan minuman memabukkan adalah penyebab penderitaan manusia. Mereka mengubah manusia menjadi anjing, hantu, keledai, kera, dan binatang lainnya. Hal inilah yang menghancurkan manusia.
Ketika seseorang pergi bertempur dalam peperangan, dia diberikan minuman memabukkan ini. Mengapa? Karena dia akan menjadi seperti orang bodoh yang akan membabi-buta mengikuti apapun yang diperintahkan kepadanya. Dia akan diperintahkan untuk pergi dan membunuh, dan dia akan pergi dan membunuh. Tetapi, jika ia tidak menggunakan minuman memabukkan ini, dia akan memilik kemurahan hati, perasaan kasihan, dan belas kasih, dan tidak akan mampu melakukan perbuatan keji ini. Dia tidak akan mampu untuk melakukan dosa-dosa ini. Dia diberikan minuman memabukkan ini agar dia mengikuti perintah.
Kadang-kadang sebuah perlombaan kuda diberikan obat-obatan dicampur dengan cairan ini untuk membuatnya berlari lebih cepat. Obat bius memiliki kekuatan untuk merubah kemampuan dari binatang dan manusia. Obat bius dapat merubah manusia dan membuatnya mudah mendapatkan kecelakaan. Obat-obatan ini akan menghancurkan seluruh hidupnya. Di dalam pengalamanmu mungkin engkau telah melihat orang mabuk, para penjudi, orang-orang yang pergi ke rumah bordil dan pergi berkeliling dengan wanita, dan orang-orang yang menggunakan obat bius. Sudahkan engkau melihat bagaimana menderitanya mereka dan mengalami begitu banyak kesulitan? Engkau harus belajar dari setiap pengalaman ini.
Setiap anak harus mempelajari alasan kenapa keluarga berpisah. Hal ini sering terjadi karena minuman keras. Apa yang terjadi ketika seorang pria memulai untuk minum? Hal ini dikatakan di dalam buku May a Veeram, atau Dorongan dari ilusi, yang ketika seorang pria mabuk oleh alkohol, dia akan menjadikan pemikiran apapun yang ada di pikirannya. Jika dia berpikir, “Hari ini aku harus memberikan istriku pukulan yang baik,” dia akan mulai untuk bertengkar dengan istrinya. Di lain waktu seorang wanita akan lewat di depannya ketika dia sedang minum. Dia berpikir, “Oh, dia wanita yang menarik. Aku harus mendapatkannya.” Lalu dia akan mulai menggodanya. Jika wanita tersebut dalam keadaan yang sama, dia akan mengedipkan matanya dan mengatakan, “Oh, aku di sini, ikut denganku.” Lalu apakah yang akan terjadi? Dia akan menjadi pelacur. Dia akan berbicara dan tertawa untuk mengalihkan pria tersebut. Lalu wanita itu akan memutarnya dan mengambil apapun yang ada di dalam kantongnya. Dengan senyumnya dia akan memikatnya dan membuat pria tersebut berada di bawah pengaruhnya.
Beberapa wanita seperti ini bahkan tidak akan memberikan pria tersebut seks yang diinginkannya. Mereka akan memberinya minum dan mencuri berapapun uang yang dia miliki. Beberapa wanita adalah pelacur dalam berbicara. Karena itu, mereka memikatmu dengan kata-kata mereka. Beberapa adalah pelacur menggunakan magic dan hipnotis, dan lainnya adalah pelacur seks.
Di lain waktu ketika pria mulai minum kembali, dia akan memiliki keinginan seksual. Lalu, dia akan mengingat pelacur dan mulai mencuri apapun yang dilihatnya untuk membayar pelacurnya. Dia bahkan akan mencuri barang milik anaknya, pakaian-pakain istrinya, dan perhiasannya. Dia akan mengambil apapun yang terdapat di dalam rumah dan menjualnya kemudian memberikan uangnya kepada wanita yang diinginkannya. Jika pelacurnya tidak mendapatkan uang darinya, pelacur itu tidak akan memenuhi keinginannya. Setiap waktu ketika pria tersebut pergi bertemu pelacurnya dia akan bertanya untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Inilah yang terjadi. Pertama, pria mulai minum. Kemudian, nafsu muncul di dalam dirinya. Untuk memuaskan keinginannya, dia harus mencuri.
Para pecandu obat-obatan juga melakukan hal ini. Para pemabuk dan pecandu obat-obatan keduanya pergi ke tempat prostitusi untuk melakukan hal yang sama. Jika pecandu tidak memiliki obat-obatan, dia harus mencuri. Dia bahkan akan mencuri dari ibunya sendiri. Dia akan mencuri perhiasan ibunya. Dia akan mencuri dari rumah lainnya. Dia akan melakukan apapun untuk membeli obat biusnya. Dia tidak akan memiliki rasa malu, tidak memiliki perasaan aib, tidak berpikir bagaimana dia sedang menghancurkan hidupnya, dan tidak berpikir bahwa dia mungkin akan dimasukkan ke dalam penjara.
Apakah engkau mengerti? Ketika ketagihan, manusia tidak dapat hidup tanpa obatnya. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Jika dia tertangkap sedang mencuri sesuatu, dia bahkan akan mencoba membunuh orang yang menangkapnya. Dia akan melakukan pembunuhan agar bisa melarikan diri. Kemudian, dia akan lari. Dia akan mulai merasa takut untuk dilihat oleh siapapun. Dia akan takut jika polisi melihatnya. Dia akan lari ketakutan hingga polisi menangkapnya. Cepat atau lambat dia akan tertangkap, dan kemudian dia akan mulai berbohong.
Saat ini, dia telah melakukan lima dosa dari mabuk-mabukan, nafsu jahat, pencurian, pembunuhan dan berbohong. Bahkan jika engkau adalah teman wanitanya atau ibunya, semua yang engkau percayakan kepadanya akan hilang. Engkau tidak akan melihatnya lagi. Dia akan mengkhianati kepercayaanmu. Dia akan mengabaikan temannya. Walaupun dia memiliki hubungan persahabatan di masa lalu, dia akan berbuat curang dan berbohong kepadanya. Ketika kebenaran keluar, dia akan berbohong lebih banyak lagi. Ketika dia dibawa ke pengadilan, dia tetap akan berbohong. Dia akan berusaha untuk menghindar dengan mengatakan kebohongan demi kebohongan. Kemudian, dia mungkin akan dimasukkan ke dalam penjara. Dia mungkin bisa dipenjarakan seumur hidup, atau dia mungkin akan digantung. Di dalam penjara, di akan memiliki mengalami penderitaan yang tidak terkatakan. Hanya setelah dia akan berpikir, “Perbuatan-perbuatan yang aku lakukan ini adalah salah.” Hanya setelah dia tertangkap dan dipenjaran baru dia akan memikirkan hal ini. Lalu, dia akan menangis. Dia akan melewati semua ini. Hanya setelah hidupnya telah terperangkap di dalam penjara, baru dia akan berhenti dan berpikir. Sebelum itu dia tidak akan berhenti. Inilah kenapa mabuk-mabukan, nafsu jahat, pencurian, pembunuhan, dan berbohong diketahui sebagai lima dosa yang jalan bersamaan.
Seorang pemuda mulai tergoda untuk melakukan lima hal ini pada saat berumur sekitar empat belas tahun. Remaja putri mulai memiliki hubungan dengan hal ini ketika mereka berumur dua belas tahun. Pada saat-saat umur seperti inilah mereka mulai dekat dengan teman-teman mereka. Mereka memiliki teman baik, teman-teman yang menggunakan obat-obatan, teman-teman yang memiliki kearifan, dan teman-teman yang memiliki sifat-sifat baik. Mereka memperoleh berbagai macam teman.
Masa dimana hidup manusia akan menjadi mulia atau hina adalah ditentukan pada saat umurnya dua puluh lima tahun. Pada masa ini dia akan diasosiakan dengan teman baik, teman buruk, teman-teman yang menggunakan obat-obatan, atau teman-teman yang minum alkohol. Teman-teman ini dapat mempengaruhi dan merubahnya pada saat itu. Jika pertemanannya buruk, mereka dapat merubahnya dan membuatnya buruk. Mereka dapat membuatnya untuk menggunakan obat-obatan seperti LSD, mariyuana, heroin, kokain. Mereka bisa membuatnya mencuri, mengatakan kebohongan, pergi ke prostitusi, pergi ke bar dan diskotik, dan menghabiskan waktu di taman. Teman-teman yang buruk akan mengajaknya untuk bergabung bersama mereka dan mempengaruhinya untuk melakukan hal-hal ini. Lalu hidupnya akan berakhir. Jika dia memiliki teman baik, teman tersebut akan melihat bahwa dia akan menuju pada jalan yang baik dan bergabung dengan kumpulan teman-teman yang baik.
Sekarang, engkau mencoba menolong temanmu untuk menjadi baik, tetapi dia tidak menerima pertolonganmu, dan dia pergi menjauh. Untuk mengajak orang bergabung di jalan yang benar adalah sulit. Tetapi banyak orang yang mau untuk bergabung pada jalan yang buruk. Kebanyakan adalah buruk. Jika engkau mencoba untuk membawa seseorang menuju jalan yang baik adalah sangat sulit. Teman-teman yang baik berada dalam minoritas. Teman-teman yang buruk berada dalam mayoritas. Tetapi untuk mendapatkan teman yang baik adalah sangat sulit. Dibutuhkan waktu untuk menemukan mereka. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang dalam masa pertumbuhan.
Jika seseorang berubah seperti temannya yang buruk, seluruh hidupnya akan hancur. Ketika engkau melakukan keburukan-keburukan ini, seluruh hidupmu akan teracuni. Sifat-sifat buruk, kemarahan, menggunakan obat-obatan dan mabuk-mabukan, pikiran dan perbuatan buruk adalah kuman yang akan menghancurkan hidupmu. Engkau harus melepaskan diri dari hal-hal ini. Walaupun engkau sedang belajar di sekolahmu, engkau harus belajar dari pengalamanmu sendiri. Engkau telah melihat orang-orang tertawa dan menangis. Engkau telah melihat seseorang menjual barang miliknya, bahkan pakaiannya, untuk membeli obat-obatan. Engkau telah melihat orang mencuri barang orang lain dan menjualnya untuk membeli obat-obatan. Apakah engkau mengerti? Engkau telah melihat hal ini di sekelilingmu. Sudahkah engkau melihat hal-hal ini di sekolahmu?
Bagaimana seseorang terjerumus ke dalam keadaan ini? Inilah yang harus dipikirkan remaja putra dan putri. Ketika seorang anak lahir, orang tuanya menginginkan anaknya agar sukses. Mereka terikat pada anaknya dan mereka menginginkan anaknya untuk hidup dengan baik. Sayangnya, beberapa orang tua itu sendiri berada dalam keadaan buruk, dan anaknya, mengamati hal ini, mungkin akan mengikuti langkah orangtuanya. Dalam hal ini, anak mungkin juga akan jatuh ke dalam keadaan buruk sebagaimana orang tuanya. Bahkan jika mereka memiliki orang tua yang baik, beberapa anak mungkin akan terpengaruhi oleh teman yang ada di sekolah dan merubahnya lebih buruk lagi. Jadi, terdapat anak-anak yang menjadi buruk karena keadaan orang tua mereka, dan terdapat anak-anak dengan orang tua yang baik yang menjadi sesat disebabkan oleh teman yang bergaul dengan mereka.
Dengan hal yang sama dimana hidup kita dihancurkan oleh sifat-sifat iri hati, kebohongan, keraguan, balas dendam, kecurigaan, kemarahan, berbangga diri, keangkuhan, karma, ilusi, prasangka-prasangka pikiran, nafsu buruk, kebencian, kekikiran, fanatisme, serakah, cemburu, minuman keras, pencurian, pembunuhan, memisahkan karena warna kulit, dan perbedaan dari “aku” dan “kau” obat-obatan juga akan menghancurkan hidup kita. Obat bius dan sifat-sifat buruk pada dasarnya memiliki akibat yang sama. Tingkat kemuliaan yang bisa kita raih dalam hidup kita tidak akan pernah tercapai jika kita menyerahkan hidup kita kepada obat-obatan ini, alkohol, dan sifat-sifat buruk.
Ketika engkau mengamati dengan teliti apa yang terjadi di dunia ini, engkau akan mengerti hal ini. Beberapa remaja akan datang kepadamu dan menangis, dan beberapa akan datang kepadamu dengan tertawa. Beberapa adalah pendiam dan menyimpan apa-apa bagi mereka sendiri. Beberapa mengeluh dan meratapi. Engkau harus memikirkan keadaan ini dan memutuskan keadaan yang mana seharusnya bagimu, dan menyadari bahwa engkau bisa merubah dan meningkatkan hidupmu dengan sifat-sifat baik, prilaku baik, dan tindakan yang benar. Engkau harus menghindari bagian yang buruk dan mencoba membawa hidupmu menuju keadaan yang baik.
bawa-with-children.jpgAku berikan cintaku untukmu, cucuku, anakku, putra dan putriku. Sekarang, terdapat suatu masa yang di dalamnya engkau membangun kesuksesan atau kegagalan di dalam hidupmu. Ketika aku melihat benua-benua dari Amerika, Eropa, Asia, Africa dan Australia, aku melihat beberapa hal terjadi. Beberapa orang tua mendorong anak mereka, apakah dia laki-laki atau perempuan, untuk pergi keluar dan mencari teman-teman yang berlawanan jenis. Mereka berkata, “Sebelum kamu menikah, kamu harus harus memiliki pengalaman tentang hidup dan seks.” Orang tua mereka sendiri mengirim anaknya kepada dunia untuk mengetahui tentang hal ini. Mereka mengirim anaknya untuk menemukan teman-teman yang berlawanan jenis sehingga mereka memiliki pengalaman sebelum menikah. Aku telah melihat beberapa orang tua melakukan hal ini.
Sebagai hasil dari didikan ini, banyak anak-anak yang menjadi gila. Beberapa adalah anak-anak yang baik tetapi sekarang mereka telah menjadi gila. Terdapat orang tua yang seperti ini. Jika anak mereka mencoba untuk belajar kearifan, pergi berjalan pada jalan yang baik, dan meningkatkan diri mereka, orang tua mereka tidak akan menyukainya dikarenakan oleh prasangka mereka. Mereka akan berkata, “Kamu bisa menjadi hippies, pergi kemanapun, lakukan apa yang kau inginkan, pergi ke prostitusi, kamu boleh menggunakan obat-obatan, tetapi kamu tidak boleh ikut terlibat dengan orang-orang dari agama dari ras lain.” Terdapat orang tua yang mengatakan hal ini.
Aku mengatakan kepadamu mengenai hal-hal yang telah terjadi di tempat tertentu. Anak-anak ini menjadi hancur karena hal ini. Mereka tidak dapat pergi ke jalan yang baik. Dan ini disebabkan oleh orang tua tertentu. Jadi banyak anak-anak yang telah datang kemari dan mengatakannya kepadaku. Beberapa anak-anak ini sedang berada di rumah sakit jiwa saat ini akibat ulah orang tua mereka.
Bagaimanapun, di beberapa negara asia, para orang tua tetap mengajarkan anak mereka tingkah laku dan sikap yang baik. Hingga anaknya melakukan pernikahan, orang tuanya menjaga mereka di rumah dan membesarkan mereka. Mereka memiliki batasan dan memastikan bahwa anaknya pulang ke rumah tepat waktu. Mereka membimbingnya dan melihat mereka pergi ke sekolah. Hingga mereka melakukan pernikahan, para orang tua melindungi dan membimbing mereka. Tetapi tempat seperti di Amerika, Eropa, dan Australia, para orang tua mendorong anak-anaknya untuk mencoba seks bahkan sebelum mereka menikah. Engkau tidak bisa menemukan kebahagiaan hidupmu di dalam cara ini.
Jika seseorang menghidupi kehidupannya hanya dengan satu pasangan dan mengalami seks hanya dengan satu pasangannya tersebut, maka dia tidak akan mengetahui bagaimana kenikmatan lainnya. Jika seorang pria atau seorang wanita hanya memilih satu orang dan hanya mengalami seks dengan orang tersebut, lalu pria atau wanita itu tidak akan menginginkan orang lain. Mereka tidak akan mengetahui tentang kenikmatan atau penderitaan yang mungkin mereka alami dengan orang lain. Mereka hanya ingin tetap dengan satu pasangannya tersebut. Kendatipun terdapat banyak kebahagiaan, penderitaan dan kesulitan-kesulitan, mereka akan tetap setiap dengan pasangannya.
Bagaimanapun, jika mereka memiliki banyak pengalaman, mereka berpikir, “Yang ini lebih baik dari yang itu, dan yang itu lebih baik dari yang ini. Yang ini lebih nikmat daripada yang itu, dan yang itu lebih nikmat daripada yang ini.” Sebagai hasilnya mereka tetap berganti-ganti dan menjadi bercerai. Orang seperti itu bisa memiliki anak dari seorang pria, dua anak dari pria lainnya, dan anak lainnya dari orang lain. Mereka bahkan akan berkata, “Aku tidak menginginkan anak ini.” Banyak masalah-masalah seperti itu dan kesulitan-kesulitan yang didapat dikarenakan hal ini.
Jadi seorang wanita yang seharusnya hidup untuk seratus tahun dengan kecantikan menjadi tua ketika dia berumur dua puluh tahun. Ketika dia berumur dua puluh lima tahun, dia seperti seorang nenek-nenek. Lalu dia harus pergi ke dokter bedah plastik untuk menghilangkan kerutan yang ada di kulitnya. Tetapi bahkan dengan kulit yang baru, dia tetap seorang yang tua. Masa mudanya telah hilang.
Masyarakat dan para orang tua di beberapa negara membesarkan anak-anak mereka untuk menjadi seperti ini. Pada umur empat belas atau lima belas tahun mereka mengirim anak mereka keluar rumah dan membiarkan mereka melakukan apapun yang mereka suka. Tanpa bimbingan, anaknya mengikuti emosi mereka sendiri dan mengalami kesulitan yang besar hingga akhirnya mereka menjadi hancur.
Terdapat suatu masa dimana di dalamnya anak-anak menjadi sesat dan pergi menuju jalan yang salah. Untuk remaja putri adalah diantara umur dua belas hingga dua puluh tahun. Untuk remaja putra adalah diantara umur empat belas hingga dua puluh lima tahun. Ini adalah masa dimana hidup mereka menjadi hancur, pendidikan mereka menjadi terganggu, hubungan mereka dengan orang tuanya menjadi hancur dan prinsip-prinsip dan nilai-nilai kehidupan yang mulia diabaikan.
Diantara umur dua belas hingga dua puluh tahun, adalah masa dimana remaja putri menjadi terjerumus. Ini adalah masa dimana mereka akan mencari teman pria dan teman yang menggunakan obat-obatan. Ini adalah masa dimana mereka dapat mengikuti keinginan seksual dan bertingkah laku seperti prostitusi. Dalam periode ini, pendidikan mereka bisa hancur, mereka bisa keluar dari sekolah, dan kearifan mereka bisa hancur. Pada periode ini mereka akan tergoda untuk pergi ke pantai bersama teman prianya. Mereka mungkin akan pergi ke Atlantic City atau California dan berjalan setengah telanjang. Semua hal ini datang menggoda remaja putri ketika berumur diantara dua belas hingga dua puluh tahun. Akibatnya sekolah mereka, tingkah laku baik mereka, dan hidup mereka mungkin akan hancur. Para orang tua yang sangat perduli dengan anak mereka harus benar-benar konsentrasi dalam menjaga dan membimbing remaja putri mereka ketika berumur antar dua belas hingga dua puluh tahun. Adalah sangat penting untuk mengarahkan mereka pada umur ini.
Hal yang sama, kehidupan dari remaja putra bisa hancur ketika berumur diantara empat belas hingga dua puluh lima tahun. Ini adalah saat-saat penting bagi remaja putra. Para orang tua harus menentukan batasan, menjaga mereka di rumah, dan melihat bagaimana mereka belajar dengan baik ketika berumur diantar empat belas hingga dua puluh tahun. Jika para orang tua melakukan hal ini, mereka akan mampu dengan baik dalam pendidikan mereka, meraih cita-cita yang tinggi, mendapatkan perkerjaan, dan meraih keadaan yang tinggi di dalam kehidupan.
Adalah pada masa ini dimana para orang tua harus benar-benar menjaga anak mereka. Mereka harus membimbing mereka, memberikan mereka cinta, persahabatan, belas kasih dan pertolongan. Orang tua harus merangkul anak mereka dan mengajarkan mereka tingkah laku yang baik, sifat-sifat baik, dan kearifan. Setiap anak harus memikikan hal ini. Ini adalah saat-saat dimana engkau bisa tersesat dan hidupmu bisa menjadi hancur. Ini adalah saat-saat dimana teman bisa menjadi pengaruh yang buruk bagimu. Ini adalah saat-saat dimana bahkan gurumu bisa salah membimbingmu. Ini adalah saat-saat dimana engkau bisa berubah dan berakhir di jalanan dan menjadi tersesat. Setiap anak harus memikirkan hal ini.
Jika engkau bisa mengatasi godaan pada masa ini, engkau akan memiliki batas yang kuat di dalam hidupmu. Tuhan akan memberikan tanda kepadamu dan berkata, “Ini adalah anak yang mulia. Anak ini tidak akan pernah terhinakan.” Engkau akan mendapatkan tanda itu dalam pendidikan dan pengetahuan, atau ilmu. Suatu saat ketika remaja putra berhati-hati dan mendapatkan tanda itu, dia tidak akan pernah tersesat. Dengan hal yang sama, ketika remaja putri mendapatkan tanda itu, engkau bisa melihatnya dalam keadaan mulia. Tidak ada siapapun yang bisa menyesatkannya atau menghancurkan hidupnya setelah ini. Dia harus mendapatkan tanda itu pada masa-masa tersebut.
Jadi, engkau anakku harus berusaha untuk mendapatkan tanda ini. Hidupmu bisa berupa keberhasilan atau kehancuran. Jika engkau berjalan salah pada periode ini, seluruh hidupmu akan berjalan menurun. Kemudian engkau akan menjadi seperti mayat. Tidak akan ada perbedaan antara dirimu dan binatang. Setidaknya binatang memiliki kebebasan pada hidup mereka, tetapi engkau bahkan tidak akan memiliki kebebasan.
Seekor kuda dapat memiliki beberapa kedamaian. Tetapi engkau tidak akan memiliki kedamaian itu di dalam hidupmu.


Aku berikan cintaku untukmu, cucuku. Engkau harus memikirkan hal ini. Engkau harus memikirkan dan merenungkan hal ini. Berusahalah untuk membangun kelengkapan ini di dalam hidupmu. Engkau harus berusaha untuk hidup di dalam sebuah cara dimana kesempurnaan dari hidup tercipta lengkap. Jika engkau memberikannya kepada obat-obatan dan memperoleh teman-teman yang buruk dan sifat-sifat yang buruk, maka hidupmu akan terganggu dan semuanya akan hilang. Hidupmu akan menjadi neraka yang panjang. Seluruh hidupmu akan menjadi seperti iklan bagi neraka. Hidupmu itu sendiri akan menjadi papan iklan bagi nereka. Putra-putra dan putri-putri engkau harus memikirkan hal ini.
Anak-anak, engkau harus memikirkan siapakah sahabatmu selama masa-masa penting ini. Sahabatmu adalah pendidikanmu. Hal ini akan menjadi temanmu yang akan menyelamatkan hidupmu. Pendidikanmu adalah teman yang akan selalu bersamamu hingga akhir waktu. Hingga engkau masuk ke dalam kubur, teman ini akan menemanimu. Kecuali bagi teman ini, tidak ada apapun yang akan menyelamatkan hidupmu. Pendidikan ini akan menjadi teman baikmu, temanmu yang terpercaya, temanmu yang setia dan penuh kasih sayang. Engkau tidak akan pernah menemukan teman yang lebih baik dari itu. Dalam masa-masa ini engkau harus memikirkan pendidikanmu sebagai temanmu yang terbaik. Tetapi, jika engkau meninggalkan teman ini, maka sifat-sifat jahat akan datang menjadi temanmu, dan hidupmu akan hancur. Ini pasti.
Aku berikan cintaku untukmu, putra dan putriku, anak-anakku, cucuku. Pikirkan hal ini di dalam hidupmu, dan pikirkan bahwa pendidikan sebagai satu-satunya temanmu di dalam kehidupan dan sebagai sahabat di dalam hatimu. Belajarlah dengan baik dan bertingkah lakulah dengan sifat-sifat baik. Berusahalah untuk mencapai kejayaan di dalam hidupmu.
Putriku, sebelum engkau berumur dua puluh tahun, hal ini harus benar-benar engkau teguhkan di dalam dirimu. Putraku, pelajaran ini harus engkah teguhkan di dalam dirimu selama periode umur diantara empat belas hingga dua puluh lima tahun. Kamu semua harus berusaha untuk memiliki ketetapan hati, usaha, keyakinan yang dibutuhkan untuk melakukan hal ini. Tetapi jika engkau membiarkan hal ini, engkau akan menghancurkan dirimu. Engkau harus benar-benar mengerti akan hal ini. Setiap anak-anak harus menyadari dengan penuh keyakinan bahwa ini adalah teman di dalam hidupmu.
Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah pergi kepada orang bijak dan bersama dengannya untuk beberapa waktu. Pelajarilah kearifan, sifat-sifat baik, dan kejernihan dari dirinya. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan dan kehidupanmu. Hal ini akan menjadi barang-barangmu ketika engkau berjalan di dalam kehidupan. Hal ini akan menjadi barang yang sangat berharga bagi pikiranmu. Hal ini akan menjadi kekayaan dan harta karun bagi hatimu. Ketika engkau sedang bersedih atau bermasalah, dia akan memberimu nasehat dan ketenangan. Semua anak-anak, semua putra dan putri, harus berusaha untuk melakukan hal ini. Jika engkau mensia-siakan saat ini dan hanya bermain-main, hal ini pasti akan menghancurkan sisa dari hidupmu. Apakah engkau mengerti?
Ini adalah waktu dimana engkau bisa tersesat dan menjadi terganggu.
Ini adalah saat-saat dimana temanmu bisa memberikan pengaruh buruk kepadamu. Teman yang menggunakan obat-obatan, teman yang mengunakan mariyuana, LSD, percintaan, seks, teman mabuk-mabukan, teman-teman yang membengkokkan perasaan dan pertimbangan yang baik, teman-teman dari kekikiran, keterikatan, dan fanatisme, semua jutaan teman-teman ini akan datang dan berusaha untuk membawamu tersesat. Ini bisa menjadi masa-masa dimana hidupmu berubah menjadi sebuah kegagalan. Untuk itu, engkau harus menjadi anak dari kearifan dan menggunakan kepintaranmu. Engkau harus memperkuat sifat-sifat baik, berprilaku dengan benar, dan kemenangan muncul dari masa-masa ini di dalam hidupmu.
Setelah periode ini, engkau akan mengetahui apa rahasia dari permainan ini. Kemudian, engkau akan dapat bermain dengan beberapa pengertian. Engkau akan mengetahui mana permainan yang benar. Jika engkau menyelesaikan pembelajaranmu selama periode ini, engkau bisa memainkan permainannya dengan pemahaman mana yang benar dan mana yang salah. Engkau akan mengetahui mana yang buruk dan mana yang baik, dan engkau akan mengetahui perbedaan antara terang dan gelap. Maka engkau tidak akan memainkan permainan yang salah, dan engkau tidak akan mengalami kesulitan-kesulitan lagi. Tetapi jika engkau menyerah dan berusaha untuk memainkan permainannya sekarang, hal itu akan salah. Semua anak-anak harus memikirkan hal ini.
Anakku, aku berikan cintaku. Semua anak-anak harus memikirkan hal ini. Apa yang buruk? Apa yang baik? Apa yang jahat? Apa surga dan neraka? Apa sifat-sifat baik dan apa sifat-sifat buruk? Kita harus memikirkan hal ini. Engkau harus memikirkan apa itu kebenaran dan apa itu kebohongan dan jalani hidupmu dengan cara yang baik. Ambil apa yang telah aku katakan kepadamu saat ini ke dalam hatimu. Renungkan atas apa yang telah aku katakan dan bertingkah lakulah dengan benar di dalam hidupmu. Hal ini akan menguntungkanmu dan memberimu kemuliaan, harga diri dan keadaan yang tinggi di dalam kehidupan. Lalu engkau akan mengerti kekuatan yang akan diberikannya kepada hidupmu.
Semoga Tuhan membantumu. Simpan ini di dalam hatimu. Engkau harus memiliki keimanan kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. Engkau membutuhkan pertolongan dan rasa hormat dari orang tuamu. Jika engkau meraih martabat yang tinggi dalam sikap ini, engkau bahkan bisa untuk memperbaiki dan membantu orang tua yang tidak membesarkanmu dengan cara yang baik. Orang lain juga akan melihatmu, sifat-sifatmu yang mulia dan berusaha untuk meningkatkan diri mereka.
Permata berharga yang menyinari mataku, engkau adalah yang hidup di dalam hatiku, engkau adalah yang lahir bersamaku, engkau adalah buah manis yang ada di dalam hatiku, Aku berikan cintaku untukmu semua. Apakah ini cukup? Apakah sebaiknya aku berbicara hal lainnya?
Seekor sapi, seekor kambing, seekor gajah, setiap binatang melindungi dirinya sendiri. Mereka harus melindungi diri mereka dari singa-singa, harimau-harimau, dan banyak serangga beracun yang hidup di dalam hutan. Mereka juga harus menyelamatkan diri mereka sendiri dari ular besar yang hidup di hutan. Jika binatang ini datang ke hutan, semua binatang lainnya akan ketakutan. Bahkan bintang yang tidak takut terhadap binatang lainnya akan takut dengan manusia binatang ini, karena dia akan membunuh semuanya. Manusia binatang ini akan membunuh tanpa berpikir dua kali, tanpa merenungkan dan tanpa belas kasih. Maka dari itu, ketika manusia binatang pergi ke hutan, hewan yang sesungguhnya harus melarikan diri darinya.
Terdapat begitu banyak jutaan manusia yang lebih buruk dari binatang yang paling buruk. Terdapat manusia binatang yang membunuh. Terdapat manusia binatang yang menyiksa orang lain. Terdapat manusia binatang yang memperkosa orang lain. Terdapat manusia binatang yang mencari balas dendam dan manusia binatang yang mencoba untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Sebagaimana binatang di hutan telah mempelajari bagaimana melindungi diri mereka sendiri, kita juga sebagai manusia harus belajar untuk melindungi diri kita dengan menggunakan analisis kearifan kita. Jika kita harus hidup di tengah-tengah manusia binatang ini, kita harus belajar melindungi diri kita. Kita harus sangat hati-hati dan menggunakan tujuh dari tingkat kesadaran kita: persepsi, kesadaran, intelek, pertimbangan, kearifan, kearifan analis Ilahiah, dan kearifan cahaya Ilahi. Dengan perasaan dan kesadaran, kita harus meraih sifat-sifat tersebut yang akan memungkinkan kita untuk melindungi diri kita sendiri.
Dengan menggunakan kearifan kita dan sifat-sifat baik, kita harus belajar untuk keluar dari binatang-bintangan ini. Jika kita tidak melakukan hal ini, maka dengan cara yang sama seperti manusia binatang yang pergi ke hutan dan membunuh segalanya, pikiran kita sendiri, hasrat buruk, dan sifat-sifat buruk akan membunuh kita. Hal-hal jahat ini adalah binatang-binatang yang ditemukan di dalam manusia binatang. Jika mereka memasuki diri kita, lalu hidup kita, sifat-sifat baik kita, kemuliaan kita, perbuatan baik kita, tingkah laku baik kita, cinta kita, kasih sayang kita, ampunan kita, dan sifat-sifat Tuhan dan keadilan akan hancur. Pikiran, yang merupakan binatang, hasrat buruk, yang merupakan binatang, dan binatang-binatang dari kekikiran dan kemarahan akan menghancurkan kita.
Binatang-bintangan ini tidak memiliki kemurahan hati dan belas kasih. Mereka hanya memiliki sifat mementingkan diri sendiri. Dengan sangat hati-hati kita harus berusaha untuk keluar dari binatang jahat ini dan sifat-sifat jahat ini. Dengan kejernihan dan kearifan yang besar, kita harus menghindar dan melindungi diri kita. Kita harus mewujudkan usaha ini. Hanya dengan begitu kita bisa menemukan kemenangan di dalam hidup kita.
Setiap anak-anak harus memikirkan hal ini. Kita harus berusaha untuk bertingkah laku baik di dalam kehidupan kita dan berjalan menuju jalan yang baik. Kita harus menemukan kejernihan ini di dalam kehidupan kita. Dengan kerendahan hatiku, dengan penuh cinta memohon kepada kalian semua untuk melakukan hal ini. Aku memohon kepadamu untuk tumbuh dan menjadi anak-anak yang bijak, baik, dan penuh kasih. Engkau harus menemukan kecerahan di dalam hidupmu
Amin. Amin. As-salamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatahu. Maka jadilah. Maka jadilah. Semoga kedamaian dan ampunan Tuhan selalu bersamamu.
*********
Tambahan sedikit dari saya:
*”Ayah kita”. Ketika kita membayangkan seorang ayah, hal apakah yang akan terbayang? mungkin akan terbayang suatu sosok yang membesarkan kita, menjaga kita, membimbing kita, menyayangi kita, mencintai kita, dll. Para sufi sering menggunakan metafora untuk menggambarkan suatu “rasa”. Bawa Muhaiyaddeen menggunakan kata “Ayah kita” menggantikan “Tuhan kita” agar “rasa” diatas timbul di hati kita pada saat kita mengingat Tuhan. Lebih lanjut telah jelas bahwa QS. 112:3 “(Allah) Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Bawa Muhaiyaddeen kerap menggambarkan kasih sayang Allah terhadap jiwa-jiwa yang suci bagaikan cinta seorang ayah terhadap anaknya, dan selain itu juga karena setiap jiwa manusia berasal langsung dari Allah Ta’ala.
**********
Artikel diambil dari sini
Diterjemahkan oleh Dimas Tandayu

www.surrender2god.wordpress.com