Minggu, 23 Oktober 2011

Bisakah Bawa Memberiku Sebuah Doa Spesial Untuk Diucapkan?


 
Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  


Sebuah percakapan Bawa Muhaiyaddeen dengan anak-anak kecil yang disusun dalam sebuah buku Why Can’t I See the Angels?

Penanya (berusia 7 tahun): Bisakah Bawa memberiku sebuah doa spesial untuk diucapkan?

Bawa Muhaiyaddeen: Kami tidak bisa memberikanmu doa yang tinggi saat ini karena engkau masih kecil. Masih banyak yang harus engkau pelajari. Engkau harus memulainya dengan perlahan-lahan, dan sepanjang perjalanan engkau akan melaju lebih tinggi.

Doa pertama adalah: La ilaha illallah, Muhammadur-Rasulullah. Tuliskan kalimat ini untuknya. (Bawa Muhaiyaddeen lalu mengucapkannya kata per kata secara perlahan-lahan agar anak itu bisa mengucapkannya.) Ambil ini sebagai doa spesialmu.
La ilaha bermakna batin: Tiada apapun yang bukan Engkau. Illallah bermakna batin: Engkau, Allah. Tidak ada tuhan yang sebanding dengan-Mu atau setara dengan-Mu. Engkau pemilik segala kebesaran. Engkaulah satu-satunya Tuhan. Engkaulah Allah yang Maha Berdiri Sendiri. Engkaulah Allah yang menciptakan seluruh ciptaan. Engkaulah Allah yang memberikan rezeki kepada segala sesuatu. Engkaulah Ayah* yang melindungi seluruh mahluk hidup, Allah yang menciptakan segala sesuatu, menjaga segala sesuatu, dan memelihara segala sesuatu. Engkaulah Allah yang menjadikan yang hidup menjadi mati dan engkaulah Allah yang membangkitkan kembali mereka yang telah mati. Engkaulah Allah yang akan mengajukan pertanyaan besok [pada hari pembalasan] mengenai kebaikan dan keburukan yang telah kita lakukan. Engkaulah Allah yang memberikan keputusan di hari pembalasan. Engkaulah Allah; tiada tuhan selain Engkau. Ini adalah sebagian kecil arti dari doa ini.
Illallah. Engkaulah Allah. Muhammadur-Rasulullah, Muhammad (SAL.) adalah utusan-Mu. Dia adalah rasul dari kerajaan-Mu. Dia adalah utusan bagi seluruh kerajaan rahmat-Mu. Engkau menciptakan dia, Rasul (SAL.) melalui kebijaksanaan-Mu, Engkau menurunkan kebijaksanaan-Mu melalui bentuknya. Seorang Rasul (SAL.) adalah bentuk dari kebijaksanaan-Mu dan adalah cahaya bagi iman, bagi kepercayaan, keyakinan, dan keteguhan hati. Bagi mereka yang memiliki kepercayaan kepada Engkau, bagi mereka yang memiliki iman, seorang Rasul (SAL.) hadir sebagai cahaya. Melalui cahaya itu, dia membimbing kita mengetahui-Mu dan melihat-Mu. Muhammad, seorang Rasul (SAL.), adalah budak-Mu, utusan-Mu, Kebijaksanaan-Mu, dan kebesaran-Mu.
La ilaha illallah, Muhammadur-Rasulullah. Aku mengikuti dan mempercayai para Rasul (pembawa pesan) yang telah Engkau datangkan. Aku menerima kebenaran ini sebagai iman dan kebenaran ini sebagai kesucian, sebagaimana aku menerima Engkau, aku menerima utusan-Mu, dan aku bergerak meraih-Mu.
Berikan salinan penjelasan kalimat ini kepada anak ini. Masih banyak penjelasan dari kalimat ini. Terdapat begitu banyak arti di dalamnya, tetapi ini hanyalah satu bagian penjelasan bagi imanmu, kepercayaanmu, keyakinan, dan keteguhan hatimu. Amin.

M. R. Bawa Muhaiyaddeen
November 13, 1983
*********
Sebagaimana kita ketahui bahwa makna “La ilaha illallah” adalah “Tiada tuhan selain Allah”. Bawa Muhaiyaddeen menjelaskan dengan makna batin karena pada saat itu dia menjelaskannya kepada masyarakat amerika yang sama sekali buta terhadap bahasa arab. Lebih lanjut, makna batin “La ilaha illallah” yang lebih ‘dalam’ lagi menurut Bawa Muhaiyaddeen adalah “Tiada realitas di luar Realitas Agung”.
*”Ayah”. Ketika kita membayangkan seorang ayah, hal apakah yang akan terbayang? mungkin akan terbayang suatu sosok yang membesarkan kita, menjaga kita, membimbing kita, menyayangi kita, mencintai kita, dll. Para sufi sering menggunakan metafora untuk menggambarkan suatu “rasa”. Bawa Muhaiyaddeen menggunakan kata “Ayah” menggantikan “Tuhan” agar “rasa” diatas timbul di hati kita pada saat kita mengingat Tuhan. Lebih lanjut telah jelas bahwa QS. 112:3 “(Allah) Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Bawa Muhaiyaddeen kerap menggambarkan kasih sayang Allah terhadap jiwa-jiwa yang suci bagaikan cinta seorang ayah terhadap anaknya, dan selain itu juga karena setiap jiwa manusia berasal langsung dari Allah Ta’ala.
*********
Sumber artikel & diterjemahkan oleh Dimas Tandayu