Minggu, 23 Oktober 2011

Sebuah Perspektif Bisnis Oleh Sufi



Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen 




Artikel diambil dari sini & diterjemahkan oleh: Dimas Tandayu


My beloved brothers and sisters, posting kali ini adalah mengenai bisnis. Mungkin selama ini kita mengira bahwa seseorang yang mencari Tuhan harus melupakan kehidupan dunianya, atau seseorang yang berada dijalan spiritual harus mengorbankan kehidupan duniawinya. Mungkin seseorang yang mencari kebenaran harus pergi ke gunung-gunung untuk bertapa, atau pergi mengasingkan diri dari kehidupan dunia. Ada beberapa yang melakukan seperti itu, tetapi manusia sejati adalah mereka yang melayani manusia dan hidup normal sebagai masyarakat biasa. Mereka bekerja, berkeluarga, hidup layaknya manusia biasa. Perbedaannya adalah walaupun diri mereka sibuk bekerja, hati mereka tidak sedetikpun melupakan Tuhan. Hati mereka terus berzikir (mengingat Tuhan) di setiap aktifitasnya. Pada akhirnya semua aktifitas dunia mereka, di dedikasikan kepada Tuhan.
Banyak manusia suci yang hidup normal sebagai manusia biasa. Contoh yang paling jelas adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah seorang pedagang yang profesional dan terkenal akan kejujurannya. Masyarakat Arab memberikan gelar al-Amin (Yang Terpercaya) kepada beliau atas seluruh sikapnya yang sangat terpuji. Para wali-wali (kekasih Allah) juga banyak yang menghidupi diri mereka dengan berdagang. Farid al-Din Attar adalah seorang sufi asal persia yang berdagang parfum, Hasan al-Bashri yang juga seorang sufi adalah seorang pedagang batu permata,

sedangkan Syeikh Bawa Muhaiyaddeen sendiri hidup layaknya manusia biasa, ia pernah menjadi pencukur rambut, pernah menjadi penjaga toko roti, ia juga memiliki ladang sawah yang ia garap dengan keringat dan usahanya sendiri.
Syeikh Bawa menceritakan bahwa ketika beliau menggarap sawah, beliau membangunnya dengan tujuan membaktikan hasilnya untuk orang lain. Beliau membangun sawahnya dengan kerja keras siang dan malam, menanam padinya, mengairinya, membuat irigasinya, membuat pagar di sekeliling sawahnya, semua hasilnya ia dedikasikan untuk orang-orang miskin. Setiap saat ketika bekerja, di dalam hatinya ia tidak pernah berpikir bahwa hasil dari sawahnya adalah untuk dirinya, yang ada di pikiran beliau hidupnya adalah untuk orang lain, tidak untuk dirinya sebagaimana syeikh Bawa Muhaiyaddeen mengatakan “Do it everything selfessly” lakukan semuanya tanpa mementingkan dirimu.

Sekarang mari kita duduk manis. Untuk sejenak, lupakan semua kata-kata diatas. Mari kita tenangkan hati kita agar kita bisa mengambil ilmu yang bermanfaat dari ceramah yang akan disampaikan oleh Bawa Muhaiyaddeen dibawah ini.

Bismillahirrohmanirrohim, Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen  



Putra dan putriku, semoga Tuhan melindungimu. Semoga Dia selalu melindungimu dan membimbingmu dengan rahmatNya. Hanya Dia satu-satunya pelindung yang bisa kita gantungi. Semoga Dia membawamu dan memberikan kedamaian kepadamu baik didunia ini maupun diakhirat nanti.
Putra dan putriku, kau ada sebagai cinta didalam cintaku, hati didalam hatiku. Karena kesabaran dan niatmu yang tulus, Tuhan akan selalu melindungi dan membimbingmu kepada jalan yang lurus. Karena sifat-sifatmu yang baik, belas kasih dan perhatian yang ada didalam hatimu kepada orang lain, Tuhan akan membantu kesabaran dan sifat-sifat baikmu untuk tumbuh dan menyingkirkan kegelapan dan ketumpulan dari hidupmu. Jangan khawatir, engkau berada di tangan Tuhan.
Ini adalah poin yang harus dipertimbangkan dan diingat. Ketika air hujan berkumpul dan akan ada bahaya dari banjir, apa yang kita butuhkan adalah sebuah bendungan untuk menampung air. Kita memilih untuk menghentikan laju air atau mengalihkannya. Hal yang sama, ketika pikiran kekanakan membanjiri akal pikiran dan kearifan kita dengan air yang keruh dari keraguan dan ketidakpedulian(1), apa yang kita butuhkan adalah bendungan dari kearifan dan iman yang sempurna. Kita harus memilih apakah mengalihkan pikiran-pikiran keruh mengalir menuju lautan ilusi(2) atau menampung air yang keruh dengan bendungan yang kuat untuk mengalirkannya menuju danau. Jika bendungan dari iman dan kearifan yang sempurna bisa dibangun, kotoran akan mengendap kedasar danau, dan engkau akan bisa menggunakan airnya yang bersih untuk diminum atau untuk menyediakan air bagi ternak-ternak dan ladangmu.
Air keruh dari ketidakpedulian yang membanjiri akal pikiran dan kearifanmu ini muncul dari beberapa yang bisa dinamakan teman yang tidak baik untukmu. Teman-teman ini adalah tujuh tingkatan hasrat, atau nafs(3), yang menciptakan keinginan-keinginan di dunia ini. Mereka berasal dari lima elemen, dari tanah, udara, api, air dan eter, bersama-sama dengan pikiran dan hasrat. Mereka selalu mencoba untuk menarik kebawah kearifan manusia dan membungkusnya dengan lumpur. Bagaimanapun, terdapat hubungan yang tidak stabil yang suatu hari akan bubar. Tubuh ini suatu hari akan mati dan terurai kembali menuju lima elemen yang membentuknya.
Melalui rahmat dan perlindungan dari Tuhan, engkau akan dapat keluar dari banjir lumpur pikiran jika engkau menumbuhkan iman dan kearifan. Engkau harus menumbuhkan keimanan bahwa Tuhanlah satu-satunya dan bertingkah laku sesuai dengan tindakan-tindakan, sifat-sifat, dan niatnya Tuhan. Engkau harus menghubungkan dirimu dengan orang-orang yang memiliki kearifan. Ini akan menjadi teman yang akan menjernihkan kehidupanmu, yang dapat menunjukkan kepadamu Cinta Tuhan dan memberikan kedamaian. Apa yang paling dibutuhkan dalam kehidupan kita adalah kestabilan iman yang sempurna, kearifan, dan sifat-sifat pengasih Tuhan.
Putra putriku, ketika ular berbisa menggigit kita, kita tidak bisa melihat kadar bisa yang dikeluarkannya, bahkan bisa itu dapat menyebabkan kematian langsung. Hal yang sama, hanya dibutuhkan jumlah dari ketidakpedulian yang sangat kecil untuk membunuh kebenaran dan kearifan yang berada di dalam dirimu dan untuk menghancurkan keimananmu. Setidaknya engkau harus memikirkan hal ini. Jika engkau tidak membawa poin ini di dalam pertimbanganmu, pikiran akan kesana-kemari dan menarik kearifanmu ke bawah.
Beberapa pemikiran manusia bergerak kesana-kemari dengan sebuah prasangka, “Bisnis menyakiti orang. Bisnis mengambil uang orang lain dan mengeksploitasi mereka. Aku tidak ingin seperti itu, jadi bagaimana aku bisa menjadi seorang pebisnis?” Apa mereka tidak sadari adalah bahwa segala sesuatu didunia melakukan bisnis secara alami. Petani melakukan bisnis, penceramah, dan pemimpin religius lainnya melakukan bisnis. Dokter menarik bayaran dari pasien, bukankah begitu? Tunjukkan kepadaku siapa didunia ini yang tidak melakukan bisnis. Sepanjang kita membutuhkan sandang, pangan, dan papan, kita harus melakukan berbagai bentuk bisnis.
Hanya orang-orang yang jauh dari kearifan dan kepintaran yang mencoba untuk menyakiti dan mengeksploitasi orang lain ketika melakukan bisnis. Mereka yang memiliki kearifan dapat mencukupi kebutuhan sendiri dan keluarga mereka dengan menggunakan kearifan dan sifat-sifat Tuhan. Mereka bisa mengendalikan dan keluar dari perangkap setan di dunia.
Jangan pernah berpikir untuk menyerah dalam belajar berbisnis. Pelajaran ini akan bermanfaat untukmu dan kehidupanmu. Manusia yang bisa hidup di dunia ini tanpa membiarkan dunia hidup di dalam dirinya adalah yang paling pintar. Sangatlah mudah untuk menghasilkan keuntungan yang besar dengan berbuat curang kepada pelanggan, atau dengan memotong gaji pegawai menjadi setengahnya dan dengan mempekerjakan mereka dua kali lebih lama, pada dasarnya memperbudak mereka. Hal ini sangat mudah. Manusia yang arif, bagaimanapun, akan mencari cara untuk menyediakan apa yang diinginkan pemilik bisnis, apa yang diinginkan karyawan, nilai-nilai keadilan bagi pelanggan, dan bahkan dirinya sendiri dengan menyediakan apa yang ia butuhkan untuk tubuh dan pikirannya.
Jika tidak ada siapun yang melakukan bisnis, tidak akan ada yang memiliki makanan, tempat tinggal, atau kebutuhan-kebutuhan hidup. Jika bisnis bisa dilakukan dengan cinta, keadilan, kearifan, dan kecerdikan, memiliki keimanan kepada Tuhan semata dan tidak mempercayakan kepada dunia, maka bisnis itu akan menuju kesuksesan baik didunia maupun diakhirat. Cara seperti inilah yang harus engkau lakukan dalam berbisnis, dan hal ini akan memberikan manfaat yang besar kepada umat manusia.
Engkau harus belajar bagaimana menjalankan bisnis dengan baik. Jadilah yang pertama dan terkemuka didalam jalur bisnismu, dan kemudian lakukan dengan cinta dan keadilan. Jika engkau melakukannya hal ini akan menguntungkan dirimu dan semua manusia. Jangan malas. Belajarlah dengan giat. Untuk memimpin sebuah bisnis dengan adil engkau harus mengetahui lebih banyak dari mereka yang belajar hanya untuk memuaskan keserakahan dan nafsu untuk kekuasaan, seks, harta benda dan status. Engkau harus membuat kepintaranmu dua kali lebih tajam daripada mereka, jadi engkau bisa mengendalikan mereka dan mencegah mereka dari menyakiti dirinya dan orang lain.
Engkau harus menyerahkan seluruh tanggungjawab kepada Tuhan dan kemudian melakukan kewajibanmu. Dengan kearifan, cinta, keadilan, dan akhirnya diperkuat dengan kepintaran, lakukanlah bisnis yang baik. Jangan malas. Seseorang yang berprilaku seperti ini didalam kegiatan bisnisnya akan dikenal sebagai pebisnis yang luarbiasa. Dia akan menjadi manusia suci untuk dunia ini.
Jangan pernah berpikir bahwa bisnis yang dipimpin dengan kearifan akan menyakiti orang lain. Engkau harus belajar tentang bisnis, dan engkau juga harus belajar mengenai Tuhan, sifat-sifatNya, dan perbuatan kasih sayangNya. Lakukan belajarmu dengan giat dan juga lakukan tugasmu kepada Tuhan. Hal ini akan sangat baik. Engkau harus memberikan keduanya, lakukan pekerjaanmu dengan usahamu yang terbaik dan serahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan semata. Maka semuanya akan berjalan baik.
Putra dan putriku, permata hatiku, engkau hadir sebagai cinta didalam cintaku dan hidup didalam hidupku. Semoga Tuhan menganugerahimu kearifan dan menyediakan yang terbaik kepadamu didunia ini dan diakhirat. Semoga Dia memberimu iman yang teguh, kesucian, Sifat-sifatNya yang pengasih, niat, tindakan, dan kewajiban, dan melindungi, menjaga dirimu, keluargamu dan kerabatmu selamanya. Semoga Dia menyediakanmu kearifan manusia yang sempurna. Berikan cinta dan salam kedamaianku untuk setiap orang. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi dan menjaga kita semua. Amin.
******




 Tambahan sedikit dari saya:
1) Diterjemahkan dari kata “ignorance”. Saya mengartikannya dengan ketidakpedulian. Maksud dari ketidakpedulian disini adalah orang-orang yang tidak perduli terhadap kebenaran. Orang-orang seperti itu disebutkan didalam Al-Quran sebagai: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta.” (QS 25:73)
2) “Lautan ilusi” adalah metafora tentang wujud yang fana. Segala sesuatu di alam semesta yang adalah fana hanya Tuhan yang kekal. Segala sesuatu yang tercipta dari unsur ruang dan waktu bisa dikatagorikan fana karena unsur-unsur ini pada akhirnya akan hancur. Cahaya Tuhan kekal karena tidak terikat unsur ruang dan waktu.
3) “nafs” atau diri. Istilah ini kadang diterjemahkan sebagai “jiwa”. Ketika para sufi menggunakan istilah nafs, mereka merujuk pada sifat-sifat dan kecenderungan buruk kita. Pada tingkatan yang terendah, nafs adalah yang membawa kita kepada kesesatan. Kita kerap berjuang untuk menghindari perilaku-perilaku yang kita ketahui sebagai hal yang buruk dan merusak. Mengapa berjuang? Jika pikiran kita satu, maka tidak ada istilah berjuang. Namun, pikiran kita terbagi-bagi. Bahkan, ketika kita yakin akan apa yang benar, ada sebagian dari diri kita yang berusaha untuk membuat kita melakukan yang sebaliknya. Bagian tersebut adalah diri rendah (hawa nafsu), khususnya tingkat terendah dari nafs kita, yakni nafs tirani (Al-nafs al-ammarah). Nafs ini disebutkan didalam Al-Quran sebagai: “Dan aku tidak membebaskan diriku karena sesungguhnya diri itu selalu menyuruh kepada kejahatan.”(QS 12:53). Terdapat 7 tingkatan nafs dan tingkatan yang tertinggi adalah nafs yang suci (Al-nafs al-shafiyyah), tingkatan yang dimiliki oleh para Nabi yang mulia dan para Rasul yang terhormat.


~ oleh Dimas di/pada 29 Mei, 2007.